Di tengah kontroversi syarat rekonsiliasi, akhirnya Prabowo dan Jokowi bertemu juga. Dalam hal ini, Prabowo menunjukkan "taring"nya sebagai Ketua Umum Partai Gerindra dan menunjukkan jati dirinya sebagai negarawan sejati.
Tak ayal, pertemuan yang berlangsung santai sekitar 80 menit itu menuai pro dan kontra. Bagi mereka yang ingin NKRI tetap tegak, Indonesia tetap jaya, pasti akan sangat setuju pada pertemuan dua tokoh itu.
Begitu pula sebaliknya. Bagi mereka yang belum bisa mengubur dendam dan egoisnya terhadap bangsa ini, maka dia akan tambah sakit hati dengan pertemuan itu. Mereka ini mungkin bersatu dalam persaudaraan 212 (PA 212) yang sebelumnya menjadi pendukung fanatik Prabowo-Sandi.
Setelah pertemuan ini, PA 212 juga memastikan bahwa perjuangannya sudah tidak sejalan dengan Prabowo, sehingga mereka meninggalkan Prabowo dan Partai Gerindra seraya berucap 'selamat tinggal'.
Pertanyaannya kemudian, apakah ini membuat rugi Partai Gerindra dan Prabowo karena mungkin akan kehilangan pendukung fanatik dari golongan Rizieq Shihab?
Bagi saya tidak. Pasalnya, golongan Rizieq itu hanya sebagian kecil dari rakyat Indonesia. Sedangkan sebagian besar rakyat Indonesia pasti mengapresiasi Partai Gerindra dan Prabowo yang telah bersedia untuk rekonsiliasi dengan presiden terpilih.
Dalam hal ini, Gerindra dan Prabowo tampil gagah meskipun kalah. Mereka lebih mementingkan kepentingan negara dibanding hanya kepentingan segelintir orang. Kali ini, kiranya saya perlu menaruh hormat kepada Pak Prabowo dan salam juga untuk Pak Fadli Zon. Salam. Â Â