Mohon tunggu...
Mohammad Hisar Silalahi
Mohammad Hisar Silalahi Mohon Tunggu... Buruh - Mantan buruh

Pernah gemar menulis.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Padahal Saya Pernah Masuk Koran

19 Juni 2019   14:39 Diperbarui: 20 Juni 2019   14:35 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(llustrasi foto : dokumentasi pribadi)

"Untungnya", bagi yang karyanya belum berhasil dimuat, redaksi menyediakan daftar nama-nama pengirim dan judul tulisannya. Itu pun sudah sangat menghibur hati.

Lebih dari lima kali belum pernah dimuat membuat saya beralih merintis bikin cerita pendek. Ternyata sama saja, tidak mudah..dan jelas sulit.
Namun dengan semangat dan prinsip "gagal coba lagi gagal coba lagi", akhirnya saya adalah manusia paling bahagia dan hebat di muka bumi ketika pada suatu hari Sabtu karangan cerita pendek saya dimuat di surat kabar tersebut. 

Tidak usah bilang aneh bila themanya bukan cinta remaja, melainkan cerita piring terbang dengan judul "Demam UFO". Itu berarti sekitar tahun 1978 atau 1979 ya yang memang berita UFO saat itu sangat ramai melanda dunia.

Sabtu dimuat, Senin lusanya saya langsung terkenal di sekolah. Betapa bangganya karena banyak teman-teman yang memberi ucapan selamat, termasuk guru Bahasa Indonesia. Namun saya tidak mendapat honorarium atas pemuatan tulisan tersebut. Saya hanya cukup menikmati euforianya saja. Hehehe...

Dulu di Medan ada beberapa koran daerah. Dan cukup banyak yang menyediakan halaman khusus buat karya sastra setiap pekan. Akhirnya saya juga mengirim tulisan ke surat kabar -- surat kabar yang lain. Itu membuat saya makin banyak referensi dan pengalaman sekaligus pengetahuan. Misalnya, jadi tahu bila tiap surat kabar punya kebijakan, sikap serta tingkat kesulitan sendiri dalam menerima tulisan. Jadi tahu juga bahwa tidak semua surat kabar punya kebijakan untuk membayar tulisan yang dimuat.

Proses gemar menulis saya bertumbuh makin subur. Mulailah saya meningkat kirim tulisan ke  surat kabar dan majalah ibukota. Sudah tentu tingkat kesulitannya pun meningkat. 

Maka tak heran bila sejumlah tulisan yang dikirim ke berbagai media lebih banyak yang tidak dimuat dari pada yang berhasil di muat. Tapi pilihan menjadi lebih banyak dan bervariasi. Honorariumnya pun lebih besar. Ada Kompas, Sinar Harapan, Gadis, Anita, Femina, Kartini, Sarinah, Dewi, Putri, Putra, Hai dan lain-lain.

Menarik juga untuk dikenang, tulisan saya yang pertama kali dibayar adalah sebuah cerita pendek (cerpen). Dibayar Rp.250,- oleh surat kabar berinitial "A" di Medan. Tapi judulnya saya sudah tidak ingat. Dokumentasinya pun tidak ada. Oya, waktu itu ada tren menulis nenggunakan nama samaran.
                             ***
Namun sangat disayangkan, sejak bekerja secara formal, saya jadi mandek menulis. Saya selalu cari-cari dalih sebagai penyebabnya. Sibuk, waktu yang tidak cukup, perhatian yang tersita oleh hal-hal yang di luar perhitungan, tak ada upaya memelihara minat dan sebagainya. 

Namun menurut saya terutama adalah karena tak punya manajemen waktu yang baik. Bayangkan, mandek menulis selama berpuluh-puluh tahun, jelas suatu hal yang sangat merugikan.

Mari sejenak kembali menyimak judul tulisan ini. Maksud saya, semoga haru ini bisa bangun dari hibernasi panjang. Dulu di jaman pelik saja bisa masuk koran, padahal prosesnya cukup rumit. 

Bayangkan, semua karangan ditulis tangan. Mesin tik termasuk barang mewah. Tak banyak yang memilikinya secara pribadi di rumah. Rata-rata orang baru mengenal mesin tik setelah bekerja formal di kantor. Dan memang banyak redaksi yang mengizinkan karangan ditulis tangan, asal jelas serta mudah dibaca.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun