Mohon tunggu...
Mohammad Hairil Anwar
Mohammad Hairil Anwar Mohon Tunggu... Guru - Guru

Guru Sejarah di SMAN 1 Sumenep

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Lawatan MGMP Sejarah SMA Kabupaten Sumenep Part 1: Museum Mandhilaras Pamekasan - Jejak Praaksara di Madura

17 November 2022   23:54 Diperbarui: 18 November 2022   08:33 633
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok.Pribadi Pak Bambang - Guru Sejarah SMAN 1 Bluto

Catatan Lawatan Sejarah MGMP Kab. Sumenep

M. Hairil Anwar

MGMP Sejarah SMA Kabupaten Sumenep melakukan kegiatan Lawatan Sejarah ke Kabupaten Pamekasan untuk sekedar saling bertukar informasi dan mempererat silaturahmi dengan MGMP Sejarah SMA Kabupaten Pamekasan. Kegiatan lawatan sejarah dilakukan untuk mengenal lebih dalam lagi tentang sejarah Kabupaten Pamekasan yang secara geografis sama dengan Kabupaten Sumenep, yang terletak di Pulau Madura. Lawatan sejarah dilakukan dengan bentuk kunjungan ke beberapa tempat atau situs sejarah yang berada di Kabupaten Pamekasan. Sebaran peninggalan sejarah di Kabupaten Pamekasan yang juga beragam akan menambah wawasan informasi sejarah bagi kita semua tentang Madura.

Tujuan kegiatan ini adalah untuk menambah wawasan kesejarahan tentang Madura yang nantinya akan dijadikan sebagai bahan pengayaan materi pembelajaran sejarah di sekolah pada jenjang SMA di daerah kita sendiri. Upaya eksplorasi sejarah lokal memiliki kaitan erat dengan penanaman nilai karakter bagi murid di sekolah. Selain itu, kajian sejarah dengan memasukkan unsur kelokalan akan membantu pelaksanaan projek penguatan profil pelajar Pancasila sesuai tema yang telah disediakan sehingga apa yang menjadi tujuan dari kegiatan pembelajaran bisa tercapai.

Pada pelaksanaan projek penguatan profil pelajar Pancasila, terdapat satu tema yang penting untuk dilakukan yaitu kearifan lokal.Tema projek ini menjadi penting karena pada saat ini Indonesia sedang mengahadapi kondisi krisis identitas akan dirinya sendiri akibat lunturnya budaya dan kearifan lokal pada masyarakat, khususnya kalangan pelajar. Melalui pendekatan sejarah lokal diharapkan akan mampu membangkitkan semangat rasa ingin tahu dan kemampuan inkuiri yang bisa dilakukan dengan cara melakukan ekplorasi sejarah lokal. Upaya mengenalkan sejarah lokal dikalangan pelajar juga bertujuan untuk memberikan informasi tentang perkembangan masyarakat yang terjadi disekitar tempat tinggal murid sendiri.

              Oleh karena itu kegiatan ini penting untuk dilakukan agar guru-guru sejarah yang ada di Sumenep mendapatkan pengetahuan tambahan tentang kesejarahan di Pamekasan guna memperkaya konten sejarah lokal di Madura. Pengetahuan tentang sejarah lokal akan menambah wawasan guru dalam proses pengayaan materi pembelajaran. Selama ini pada saat pembelajaran sejarah dikelas akan cenderung membingungkan karena sajian pada buku teks pembelajaran yang ada lebih banyak menyajikan peristiwa sejarah yang berada diluar Madura. Sehingga untuk menambah wawasan kesejarahan dan menarik minat belajar sejarah para murid, penting kiranya untuk menyisipkan konten tentang sejarah lokal yang relevan dengan pokok bahasan kegiatan pembelajaran dikelas.

              Salah satu langkah yang dilakukan oleh MGMP Sejarah SMA Kabupaten Sumenep ialah dengan mengunjungi Museum Umum Mandhilaras di Kabupaten Pamekasan. Guru-guru yang terlibat dalam kegiatan melakukan ekplorasi benda-benda peninggalan sejarah yang menjadi koleksi Museum Madhilaras. Salah satu benda koleksi museum yang menarik perhatian saya adalah keberadaan fosil mollusca yang ditemukan di Desa Campor, Kecamatan Proppo, Kabupaten Pamekasan. Cangkang binatang lunak yang berasal dari era praaksara menjadi petunjuk tentang tanda-tanda kehidupan masa praaksara di Madura.

Dok.Pribadi Pak Bambang - Guru Sejarah SMAN 1 Bluto
Dok.Pribadi Pak Bambang - Guru Sejarah SMAN 1 Bluto

              Secara spesifik koleksi benda museum yang berupa fosil mollusca memang belum bisa banyak memberikan keterangan yang detail terhadap kondisi praaksara di Madura. Namun dari petunjuk ini pula pada akhirnya perlu kiranya untuk terus dilakukan penelitian guna mengumpulkan sumber-sumber sejarah yang ada di Madura. Setidaknya fosil mollusca yang tersimpan secara rapi di Museum Umum Mandhilaras Pamekasan mampu memberikan gambaran singkat tentang keberadaan unsur fauna di Pulau Madura era praaksara, kondisi alam Madura, dan kemungkinan-kemungkinan lain yang akan terungkap seiring dengan perkembangan hasil penelitian yang dilakukan oleh para ahli.

              Madura tidak mengalami lompatan dalam masa kesejarahan. Segala temuan yang tersebar dari ujung barat hingga ujung timur Pulau Madura dapat memberikan keterangan kronologi kesejarahan di Madura. Temuan cangkang yang di Pamekasan menjadi bukti awal dari tanda-tanda kehidupan di Madura. Tentang sebaran manusia dan kebudayaannya, selama ini para peneliti di bidang arkeologi prasejarah tertarik dengan teori migrasi melalui aktivitas pelayaran di Kepulauan Nusantara, seperti yang dilakukan oleh para Austronesian yang masuk ke kepulauan ini pada sekitar 4.000 tahun silam ( Bellwood, 2000 ). Madura yang banyak memiliki gugusan pulau-pulau kecil yang terletak di wilayah kabupaten Sumenep berpotensi menjadi sebuah stepping stone bagi proses migrasi di bagian selatan-tengah Kepulauan Nusantara, antara wilayah Paparan Sunda dan Zona Wallacea bagian Selatan. ( Alifah, 2019 : 13 ). Warisan budaya yang berupa kemampuan untuk mengarungi samudera hingga kini masih dimiliki oleh orang Madura. Masyarakat benar-benar mampu memanfaatkan potensi perairan sebagai salah satu penunjang pergerakan masyarakat Madura untuk melakukan mobilitas atau hanya sekedar menjalin hubungan dengan dunia luar melalui jalur pelayaran.

              Teori migrasi merupakan sebuah teori yang menarik dilakukan untuk mengungkap tentang asal mula keberadaan manusia di suatu wilayah menurut sisa-sisa aktifitas dalam kehidupanya. Hipotesa teori migrasi yang dipaparkan oleh Bellwood, Fox, and Tryon ( 2006 : 103-109 ) menyatakan bahwa bangsa-bangsa penutur rumpun Bahasa Austronesia berasal dari Daratan Cina Selatan kemudian menyebar ke selatan hingga New Zeland, ke timur sampai ke Pulau Paskah dan ke barat hingga Madagaskar. Kemudian mereka mencapai Jawa pada kisaran 500 BC. Lalu bagaimana dengan praaksara di Madura ?

              Pada tahun 2019, Tim Penelitian Balai Arkeologi Daerah Istimewa Yogyakarta melakukan penelitian di sepanjang pantai utara Pulau Madura. Selama beberapa hari, tim penelitian yang terdiri dari tenaga professional peneliti bidang arkeologi bergelut dengan upaya heuristic melalui kegiatan ekskavasi di beberapa tempat yang dipandang memiliki potensi. Dari hasil penelitian yang dilakukan, secara sementara dapat diperoleh keterangan bahwa imigran Austronesia di Madura identik dengan pendukung tradisi megalitik ( Gunadi, 2019 : 87 ). Berdasarkan penelitian yang dilakukan menunjukkan indikasi bahwa kehidupan praaksara juga terjadi di Madura. Dalam kegiatan penelitian yang dilakukan disepanjang pantai utara Madura, Tim peneliti juga menemukan beberapa jejak peninggalan kehidupan yang berupa fragmen kerang, fragmen tulang binatang, bahkan fragmen gerabah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun