Mohon tunggu...
Mohammad Hairil Anwar
Mohammad Hairil Anwar Mohon Tunggu... Guru - Guru

Guru Sejarah di SMAN 1 Sumenep

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Garam dan Perkembangan Kemaritiman di Madura

3 November 2022   02:13 Diperbarui: 3 November 2022   02:17 480
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Proses eskpansi untuk menaklukkan daerah-daerah lain semakin gencar dilakukan untuk memperolah garam yang harganya begitu tinggi.

Garam juga dikenal masyarakat Nusantara sejak dahulu kala. Prasasti yang menyebutkan tentang garam adalah Prasasti Biluluk yang ditemukan di daerah Bluluk, Lamongan. Informasi mengenai garam dapat ditemui pada Prasasti Biluluk I. 

Teori ini diperkuat dengan muncunya tradisi lisan tentang air asin ini yang mana dalam prasasti Biluluk I diceriterakan bahwa air asin tersebut ditimbai (cibukana) oleh warga desa Biluluk dan desa-desa lain di sekitarnya selama sepekan manakala berlangsung pemujaan pada suatu bangunan suci di Biluluk. Air asin inilah yang merujuk pada garam, karena air asin atau air laut merupakan bahan utama pembuatan garam.

Perdagangan dalam konteks perkembangan kemaritiman nusantara juga dipengaruhi oleh keberadaan garam sebagai salah satu komoditas perdagangan. Dalam perdagangan yang mengandalkan pelayaran, banyak memunculkan kota-kota pelabuhan baru di Nusantara. Bangsa Eropa melakukan penjelajahan di Nusanatar untuk memasarkan barang dagangannya dan juga mencari rempah di Nusantara.

Garam dan Perkembangan Kemaritiman Madura

Kedatangan Bangsa Eropa untuk menguasai Kepulauan Nusantara memiliki dampak yang juga dirasakan oleh Madura. Seiring dengan penguatan kedudukan Eropa di Nusantara, beberapa pelabuhan penting tidak hanya dikuasai oleh Bangsa Eropa tetapi mereka juga melakukan monopoli perdagangan di Nusantara. 

Bangsa Eropa yang menguasai Nusantara semakin gencar melakukan eksplorasi dan eksploitasi di wilayah Nusantara. Perkembangan penguasaan inilah yang menyebabkan sumber daya alam di Nusantara menjadi sasaran dari kegiatan monopoli perdagangan Bangsa Eropa.

Secara geografis, Madura dianggap memiliki potensi laut yang luar biasa. Oleh karena itu pemerintah kolonial juga menerapkan penguasaan garam di Madura. Sekitar abad 18an, tambak besar penghasil garam di sekitar Sumenep Madura dan Gresik Jawa Timur dikuasahi oleh orang Tionghoa. Adanya pergantian kekuasaan oleh pemerintah kolonial Belanda, segera mengambil alih dan memonopoli tambak garam milik orang Tionghoa (ceritafaktasumberdayaalamtropis).

Kondisi Madura secara geografis memang pada akhirnya mendukung berkembangnya industri garam, terlebih pada masa kolonial. Salinitas air laut yang cukup tinggi, bertiupnya Angin Gending, dan rendahnya curah hujan di wilayah ini menjadi anugerah bagi pantai-pantai di sepanjang tepian Selat Madura yang kemudian muncul sebagai sentra-sentra pembuatan garam. 

Garam kemudian menjadi komoditas yang menguntungkan disaat aktivitas pertanian (sawah) dianggap kurang berkembang di lahan-lahan kering pulau ini. Sementara, jumlah penduduk yang tinggi di Madura juga memiliki arti penyediaan tenaga kerja yang mudah untuk mengembangkan aktivitas pembuatan garam yang memang bersifat padat karya (Syafi’I, 2021 : 56).

Berkembangnya industri garam di Madura turut berpengaruh bagi perkembangan dunia kemaritiman di Madura. Munculnya beberapa pelabuhan baru yang kemudian menjadi sarana pengangkutan garam dari Madura merupakan salah satu dampak yang dirasakan dari perkembangan industri garam di Madura. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun