Mohon tunggu...
Fathur Ramadhan
Fathur Ramadhan Mohon Tunggu... Buruh - yaudah ayuk

corat coret aja siapa tau

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

One's Heart Sinks

23 November 2019   02:37 Diperbarui: 23 November 2019   03:02 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Jika memang kau membutuhkannya, ambillah."

Sadat masih berkeras untuk menolongku. Yang ia tahu bahwa aku memang sangat membutuhkan uang itu. Namun aku menyadari kondisi finansial Sadat yang sedang tidak baik-baik saja. Istrinya akan segera bersalin untuk kehadiran buah hatinya yang kedua. Juga cicilan uang kontrakan rumah ia dan keluarga yang sebentar lagi akan jatuh tempo. Tapi Sadat tetap berkeras ingin menolongku. Ia ngotot untuk meminjamkan uangnya yang pas-pasan itu untuk membantuku keluar dari masalah yang sedang kuhadapi.

"Kau membutuhkan uang ini."

"Kau yang lebih membutuhkan. Masalahmu terlampau berat, sobat. Ambillah. Ini tidak seberapa. Tapi semoga bisa meringankan."

Sadat selalu berlaku demikian demi aku, orang yang ia anggap sahabat. Ia tidak pernah bermain-main untuk menolong manusia yang ia anggap berharga dalam hidupnya. Ia seorang yang amat dermawan. Entah, hanya kepada para sahabatnya saja atau kepada semua orang. Aku tidak terlalu memikirkan itu. Yang aku tahu bahwa Sadat adalah orang baik yang pernah kutemui di dalam hidupku.

Aku dan sadat sudah saling mengenal sejak lama. Kira-kira sekitar sepuluh tahun yang lalu. Ketika kami sama-sama melakukan sebuah tes wawancara kerja untuk sebuah perusahaan yang bergerak di bidang penjualan alat-alat elektronik. Kami bertemu tanpa sengaja. Saat itu, saat sedang menunggu giliran untuk masuk ke ruang HRD untuk melakukan wawancara, kami berbincang ringan ala kadarnya. Sadat menceritakan pengalaman kerjanya di perusahaan sebelumnya. Yang mana ia telah menjabat sebaga District Sales Manager di sebuah perusahaan pembiayaaan. Aku sendiri berbagi cerita padanya tentang pengalamanku sebagai seorang telemarketing. Aku tidak terlalu paham, apa yang membuat kami cepat akrab pada waktu yang amat singkat itu.

Kesan pertamaku terhadapnya adalah bahwa Sadat seorang yang sangat supel. Mudah bergaul. Ceria. Sadat mudah sekali untuk cepat akrab kepada orang yang baru dikenalnya. Begitu juga dengan diriku. Pada saat itu, aku merasa ia akan menjadi seorang partner yang menyenangkan kelak.

"aku sungguh tidak enak hati menerima ini. Kau teramat baik, Sadat. Aku sangat menyadari keadaanmu serta beban finansial yang kau tanggung. Bagaimana aku bisa dengan tega menerima bantuan darimu ini?"

"Kita sudah saling mengenal lebih dari sepuluh tahun. Kau mengetahui keadaanku, begitupun sebaliknya. Andaikata sekarang aku yang berada di posisimu, aku yakin kau akan melakukan hal yang sama. Sudahlah, jangan anggap lagi kita ini hanya sebatas teman. Kau dan aku adalah saudara, meskipun tidak sekalipun ada hubungan darah. Namun ikatan batin meyakinkan itu, bukan?" Sadat meyakinkanku untuk menerima bantuannya.

Ya, apa boleh buat. Keadaanku sekarang memang sedang berada di titik paling rendah. Setidaknya itu yang sedang kurasa. Ayahku sedang sakit di kampong. Sehingga kebun dan sawah terbengkalai untuk digarap. Ibu tidak cukup mampu menggarap semua itu sendirian. Jika salah satu ada yang berhalangan, maka pekerjaan di ladang tidak akan berjalan sebagaimana mestinya. Ayah membutuhkan biaya pengobatan yang tidak sedikit. Dan ibu hanya bisa menangis ketika kuhubungi lewat saluran telepon dari pusat kota.

"Alhamdulillah. Puji Tuhan. Esok hari istriku akan segera bersalin. Perempuan, sobat. Perempuan!" Terdengar suara Sadat yang riang di seberang sana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun