Hampir setiap tahun menjelang puasa romadhon, hari raya idul fitri, natal, dan tahun baru selalu terjadi kenaikan harga berbagai kebutuhan pokok dengan alasan keterbatasan stok. Kelangkaan dan kenaikan harga tersebut memicu Inflasi yang jika tidak tertangani dengan baik akan berdampak terhadap perekonomian nasional.
Pemerintah telah menjamin ketersediaan stok berbagai kebutuhan pokok menjelang puasa romadhon, hari raya idul fitri, natal, dan tahun baru, namun itu tidak atau belum mampu menekan kenaikan harga berbagai kebutuhan pokok. Lalu, apa sebenarnya masalah yang menyebabkan kenaikan harga berbagai kebutuhan pokok menjelang puasa romadhon, hari raya idul fitri, natal, dan tahun baru?
Jika permasalahannya adalah berkaitan dengan stok, buktinya stok selalu tersedia menjelang puasa romadhon, hari raya idul fitri, natal, dan tahun baru. Tidak pernah kita membeli sesuatu barang kebutuhan pokok yang tidak kita dapatkan.
Jika permasalahannya adalah berkaitan dengan rantai pasok, buktinya tidak terjadi kelangkaan barang kebutuhan pokok menjelang puasa romadhon, hari raya idul fitri, natal, dan tahun baru. Barang kebutuhan pokok tersedia dimana-mana, baik di pasar tradisional maupun di pasar modern.
Jika yang terjadi sebenarnya adalah ulah sekelompok (oknum) yang memanfaatkan dan bermain harga menjelang puasa romadhon, hari raya idul fitri, natal, dan tahun baru, itu yang kami sayangkan. Masyarakat hanya mampu mengelus dada menghadapi kenyataan kenaikan harga kebutuhan pokok menjelang puasa romadhon, hari raya idul fitri, natal, dan tahun baru.
Perlu kebijakan dari pemerintah agar tidak terjadi kenaikan harga kebutuhan pokok menjelang puasa romadhon, hari raya idul fitri, natal, dan tahun baru. Dan perlu tindakan tegas dari pemerintah/aparat berwenang kepada oknum yang memanfaatkan momen menjelang puasa romadhon, hari raya idul fitri, natal, dan tahun baru, agar tidak terjadi inflasi yang berdampak buruk terhadap ketahan ekonomi masyarakat yang berdampak daya beli mereka akan turun yang berdampak pula terhadap pertumbuhan ekonomi.
Sebagai pedagang/pengusaha/pebisnis tentu boleh mengambil keuntungan dari barang yang di pasarkan, namun alangkah eloknya jika tidak memanfaatkan momen dan situasi tertentu untuk mengambil keuntungan sebesar-besarnya tanpa mempertimbangkan sisi kemanusiaan.
Pedagang/pengusaha/pebisnis yang baik dan beriman, tentu tidak semata-mata mengejar keuntungan semata. Apakah ada hubungannya antara berdagang/berusaha/berbisnis dengan kemanusiaan, dengan keyakinan/agama yang kita yakini? silahkan dijawab oleh hati nurani terdalam.