Mohon tunggu...
Mohammad Sofyan
Mohammad Sofyan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Programer Penelitian Sosial Ekonomi

Programer Penelitian Sosial Ekonomi CV ODIS

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pemahaman Moderasi Beragama

4 Juni 2021   18:00 Diperbarui: 4 Juni 2021   18:40 1093
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Moderasi agama adalah sebuah cara pandang terkait proses memahami dan mengamalkan ajaran agama agar dalam melaksanakannya selalu dalam jalur yang moderat (Lukman Hakim Saefudin). Nah dalam Moderasi Beragama terdapatempat indikator yang membetuknya, yaitu: Komitmen Kebangsaan, Toleransi, Anti Kekerasan, dan Penerimaan Terhadap Tradisi.

Komitmen Kebangsaan

Komitmen kebangsaan berarti sikap dan perilaku seseorang yang mencintai negaranya dengan mendahulukan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau golongan. Komitmen kebangsaan memiliki konsep yang dinamis adanya dalam mencapai cita-cita bangsa yang selanjutnya berkembang menjadi wawasan kebangsaan yakni, pikiran-pikiran yang bersifat nasional dimana suatu bangsa memiliki cita-cita kehidupan bersama dan tujuan nasional yang jelas.

Perguruan Tinggi memiliki peran, tugas dan tanggung jawab yang sangat strategis dalam membangkitkan kembali wawasan kebangsaan untuk memperkuat watak dan karakter bangsa dengan meningkatkan peran aktif dalam menyusun dan mensosialisasikan upaya revitalisasi nilai luhur Pancasila dalam rangka memelihara jati diri bangsa Indonesia di kalangan generasi penerus yang sarat dengan nilai Moral dan Etika; Kejujuran, Kompetensi dan Nilai – nilai Kebangsaan.

Toleransi

Keragaman beragama dalam segala segi kehidupan merupakan realitas yang tidak mungkin untuk dihindari. Keragaman tersebut menyimpan potensi yang dapat memperkaya warna hidup. Setiap pihak, baik individu maupun komunitas dapat menunjukkan eksistensi dirinya dalam interaksi sosial yang harmonis. Namun, dalam keragaman tersimpan juga potensi destruktif yang meresahkan yang dapat menghilangkan kekayaan khazanah kehidupan yang sarat keragaman. Oleh karena itu, berbagai upaya dilakukan agar potensi destruktif ini tidak meledak dan berkelanjutan. Salah satu cara yang banyak dilakukan adalah memperkokoh nilai toleransi beragama

Toleran berarti saling memikul walaupun pekerjaan itu tidak disukai atau memberi tempat kepada orang lain, walaupun kedua belah pihak tidak sependapat. Pihak lain tidak dipaksa, pendapat pihak lain tidak dicampuri. Itu berarti bahwa toleransi menunjuk pada adanya suatu kerelaan untuk menerima kenyataan adanya orang yang lain disekitar dan disamping kita. Walaupun itu tidak berarti pula kepercayaan masing-masing harus diserahkan. Toleransi pun harus dibedakan dari konformisme, yaitu menerima saja apa yang dikatakan orang lain, asal ada perdamaian dan kerukunan. Jadi toleransi merupakan kerukunan umat beragama, yang dengan dasar dan titik tolak yang berbeda-beda, saling memikul untuk mencapai satu tujuan tertentu.

Pelaksanaan sikap toleransi harus didasari sikap kelapangan dada terhadap orang lain dengan memperhatikan prinsip-prinsip yang dipegang sendiri, yakni tanpa mengorbankan prinsip-prinsip tersebut. Jelas bahwa toleransi terjadi dan berlaku karena terdapat perbedaan prinsip, dan menghormati perbedaan atau prinsip orang lain tanpa mengorbankan prinsip sendiri.

Anti Kekerasan

Pada dasarnya, setiap manusia menginginkan adanya keamanan dan perdamaian dalam kehidupannya. Dengan keamanan dan perdamaian tersebut, manusia akan merasa mudah dan nyaman disetiap akan melakukan sesuatu. Perasaan aman dan damai tersebut mencakup dalam beragam ke hidupan manusia salah satunya dalam pendidikan. Keinginan untuk menciptakan tujuan pendidikan yang damai dapat dilakukan antara lain dengan memahami penyebab kekerasan dalam masyarakat dan berupaya dengan sekuat tenaga untuk mencegah dan meminimalisir terjadinya kekerasan tersebut. Pendidikan yang damai merupakan proses pendidikan yang mampu diselenggarakan dengan cara yang kreatif dan sikap terbuka tanpa adanya unsur diskriminasi, dan bukan dengan cara kekerasan sebagai bentuk tindak pidana yang tidak dibenarkan.

Perdamaian dalam konteks pluralisme agama adalah ketika umat beragama yang satu menghormati dan menghargai umat yang lain. Rasa hormat dan menghargai bukan karena kepentingan, tetapi dengan ketulusan, jujur dan membantu tanpa ada pengaruh dari siapapun. Perdamaian juga bisa diartikan suasana yang tenang dan tidak adanya kekerasan. Untuk mewujudkan kondisi masyarakat dari tingkat paling kecil sampai ketingkat yang besar, negara misalnya, dalam diri setiap orang perlu dikembangkan sikap tenggangrasa dengan orang lain, saling pengertian, empati, kerjasama, dan respect terhadap orang lain. Perlu sekali didasari bahwa masyarakat indonesia adalah masyarakat yang plural dan multikultural. Dan dalam kondisi masyarakat seperti ini yang vital adalah pemahaman bahwa satu orang dengan yang lainnya berbeda dalam berbagai hal.

Penerimaan Terhadap Tradisi

Dalam masyarakat tradisional pola kehidupan diatur oleh kaidah-kaidah dari nenek moyang yang dianggap berlaku terus. Tradisi yang berlaku dalam masyarakat sangat mapan sehingga memperkuat keseimbangan hubungan-hubungan sosial dalam bermasyarakat, yang kesemuaanya itu menimbulkan rasa aman, dan tentram dengan kepastian yang dihadapi. Oleh karena itu tradisi dihargai sebagai nilai tersendiri yang tinggi, maka perlu dipertahankan; bahwa ada anggapan dimana tradisi adalah suci dan oleh karenanya harus dihormati. Tradisi merupakan mekanisme yang dapat membantu untuk memperlancar perkembangan pribadi anggota masyarakat, misalnya dalam membimbing anak menuju kedewasaan. Tradisi juga penting sebagai pembimbing pergaulan bersama di dalam masyarakat.

Tradisi keagamaan merupakan hasil dari proses dinamika perkembangan agama tersebut dalam ikut serta mengatur pemeluknya dan dalam melakukan kehidupan sehari-hari. dan selalu tidak memaksa terhadap ketidak mampuan pemeluknya. Beda halnya dengan tradisi lokal yang awalnya bukan berasal dari islam walaupun pada tarafnya perjalanan mengalami asimilasi dengan islam itu sendiri. Tradisi keagamaan juga sulit berubah karena keagamaan mengandung unsur-unsur yang berkaitan dengan ketuhanan atau keyakinan masyarakat atau pemeluk agama tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun