Mohon tunggu...
Qomarul Huda
Qomarul Huda Mohon Tunggu... Guru - Bapak satu anak

Masih belajar dunia tulis menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Membela Guru

25 November 2021   16:45 Diperbarui: 25 November 2021   16:58 327
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Guru sedang mengikuti upacara HGN (sumber foto: Tim IT MAN 2 Rembang)

Syahdan, ketika itu Jepang terlibat dalam pertempuran di akhir Perang Dunia 2. Pasukan udara Amerika Serikat menjatuhkan bom atom dengan kekuatan dahsyat di dua kota penting di Jepang saat itu, Hiroshima dan Nagasaki sebagai balasan serangan tentara Jepang terhadap pangkalan militer AS di Pearl Harbour Hawaii.

Luluh lantaknya kedua kota tersebut membuat Jepang terguncang hebat. Kaisar Jepang saat itu, Hirohito tampaknya sudah menyadari bahwa kekalahan telah berada di depan mata. Ia mengumpulkan para jenderal dan menanyakan "berapa guru yang masih hidup?". Ini membuat para Jenderal kaget karena mengira kaisar akan menanyakan kondisi militer.

Sang kaisar menjelaskan bahwa Jepang telah kalah dan tidak akan bisa bangkita dan mengejar ketertinggalannya jika tidak belajar. Maka kemudian disinyalir ada sekitar 45.000 guru yang masih tersisa.

Kepada para guru ini mereka bertumpu karena menjadi ujung tombak kebangkitan Jepang setelah porak poranda akibat Perang Dunia 2. Karena mereka telah menyadari akan sia-sia jika melanjutkan perang dengan kondisi militer yang seperti itu.

Dari cerita di atas kita bisa mengambil pelajaran berharga bahwa guru mempunyai peran besar dalam peradaban sebuah negara. Kita lihat sendiri bagaimana Jepang bisa bangkit dengan begitu cepat dan menjadi kekuatan ekonomi dunia.

Tidak pelak lagi guru merupakan profesi yang mulia. Ia punya tempat tersendiri dalam masyarakat dan lebih berwibawa. Saya ingat almarhum bapak saya waktu saya kecil merupakan satu-satunya orang di kampung saya yang menjadi guru sekolah. Hingga masyarakat sekitar terbiasa memanggil dengan sebutan Pak Guru bahkan sampai beliau pensiun.

Profesi guru saat ini masih masih menjadi primadona dan terus eksis seiring dengan berbagai problematika yang menyertainya. Misalnya bisa kita sebut masalah pemerataan. Persebaran guru di Indonesia dianggap masih belum merata. Masih kekurangan guru di luar pulau Jawa terutama daerah yang masuk 3T (terdepan, terluar, tertinggal). Hal ini mengakibatkan terjadinya kesenjangan dalam distribusi pemerataan guru.

Dengan adanya kesenjangan ini bisa jadi kualitas pendidikan antar daerah juga bisa njomplang. Ini memungkinkan terjadi karena sarana prasarana juga masih banyak yang belum memadai dan tertinggal.

Kesejahteraan menjadi masalah klasik yang dihadapi para guru khususnya guru honorer. Masih banyak kisah kisah guru honorer yang mendapat gaji jauh dari kata layak walau sudah mengabdi cukup lama. Maka tidak heran jika banyak guru non PNS mencari penghasilan sambilan agar asap dapur bisa terus mengepul.

Pihak pemerintah sudah berupaya maksimal agar para guru honorer dan swasta bisa mendapatkan penghasilan tambahan misal bantuan dari pemerintah daerah, pemberian Bantuan Subsidi Upah (BSU), inpassing, sampai program sertifikasi guru. 

Di setiap penerimaan CPNS, formasi guru selalu mendapat perhatian karena terhitung banyak formasinya. Namun mulai tahun ini pemerintah tidak membuka lagi formasi guru di cpns dan dialihkan menjadi PPPK.

Sebagai informasi, dikutip dari laman dashboard Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Kemdikbud, jumlah guru di Indonesia sebanyak 2.906.239 orang. Dari jumlah tersebut sebanyak 1.520.354 merupakan guru PNS dan sisanya berstatus sebagai guru tetap/tidak tetap yayasan, dan guru honorer.

Rasanya memang agak mengecewakan karena banyak berharap agar bisa diangkat menjadi PNS. Namun ini membuka peluang dalam jumlah yang sangat banyak sehingga pemerintah berharap akan banyak guru yang berstatus pegawai PPPK.

Sering berubahnya kurikulum pendidikan juga bisa menjadi problematika bagi guru. Di saat masih mempelajari kurikulum lama kemudian berubah lagi karena biasanya ada pergantian pemangku kebijakan. Padahal untuk bisa Biasanya hal ini terjadi ketika ada pergantian pimpinan.

Bergantinya kurikulum nasional tentu akan berpengaruh besar bagi guru dalam persiapan dan pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Jangan sampai guru hanya dijadikan sebagai objek ujicoba demi kepentingan tertentu.

Perlindungan terhadap keselamatan profesi guru juga menjadi PR pemerintah yang sampai saat ini belum ada kejelasan. Sudah terlalu sering kita mendengar berita guru yang dipidanakan karena memberikan hukuman bagi siswa yang dianggap hukuman mendidik.

Namun seringkali siswa dan orangtua tidak menerima tindakan guru walaupun hanya sekedar mencubit, menjewer. Hukuman tersebut tentu jauh berbeda dibandingkan kondisi dulu yang menganggap itu sebagai suatu hal yang biasa.

Hal membuat guru akan berpikir saat akan memberikan hukuman karena dewasa ini sebuah berita akan dengan sangat mudah untuk menyebar dan tentu tidak ingin berurusan dengan hukum.

Diluar berbagai problematika diatas, masih banyak guru-guru mulia yang benar-benar tulus mengabdi tanpa bayaran yang memadai. Sesuai dengan tema Hari Guru Nasional tahun ini "Guru Peduli, Cerdaskan Anak Negeri".  Semoga ke depannya semakin banyak guru yang terjamin kehidupannya. 

Selamat Hari Guru Nasional Tahun 2021.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun