Mohon tunggu...
Muhammed Gazi
Muhammed Gazi Mohon Tunggu... Jurnalis - Manusia Biasa

Diciptakan dengan kebaikan dan kembali dengan kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ayasofya: Antara Harta Rampasan dan Warisan

16 September 2020   12:25 Diperbarui: 16 September 2020   12:43 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Pinterest

Kini telah santer kabar sedunia dari kejadian maha mengejutkan dari sebuah tempat di ujung benua Eropa. Ya, pembukaan Ayasofya kembali menjadi masjid setelah 83 tahun lamanya berada dalam kegelapan. Presiden Erdogan adalah orang yang paling bertanggungjawab atas hal ini. Ia menggemparkan dunia di tengah wabah buatan yang telah menyibukkan setiap pemimpin dunia. Bak sebuah petir di siang bolong, berita itu pun langsung mendapatkan respons beragam dari dunia. Tak terkecuali umat Islam yang ambil bagian dari sepertiga penduduk dunia ini.                   

Kabar tersebut merupakan kebahagiaan tersendiri bagi umat Islam. Ayasofya sudah lama menjadi simbol kemenangan umat muslim yang telah berhasil menaklukkan imperium terbesar sepanjang sejarah dunia yaitu Romawi. Sebuah kemenangan itu dipimpin langsung oleh salah seorang panglima terhebat yang pernah umat Islam punya yaitu Muhammad Al Fatih atau orang Turki biasa menyebutnya Fatih Sultan Mehmet.

Kebahagiaan dan kemenangan yang terasa lebih dari lima ratus tahun itu hilang sekejap oleh seorang bertangan dingin yang kita sebut Mustafa Kemal. Namun, mengapa kisah Ayasofya begitu berliku-liku layaknya kisah cinta Romeo dan Juliet? Apa sebuah rahasia yang ia miliki sehingga dipandang penting oleh masyarakat dunia? Mari kita lihat bersama.          

Kita mungkin pernah menanyakan bahwa tanah di belakang rumah kita juga berusia lebih dari satu milenium. Satuan umur yang sama dengan Ayasofya yang telah berdiri kokoh di ujung bumi Rumeli selama 1483 tahun. Seakan tak pernah bosan ia terus menghadap selat Bosphorus seperti menyambut tiap-tiap penduduk dunia yang melewatinya. Keangkuhannya pun memperhias keindahan Konstantinopel hingga dijuluki ibukota dunia. Tapi mengapa dengan usia yang hampir sama Ayasofya sangat dipandang dunia dan tanah belakang rumah kita hanya dianggap sebagai kotoran teronggok yang tak ada satu pun orang yang peduli?

Bisa dilihat jauh perbedaannya antara sebuah petak tanah kosong dengan bangunan yang pernah menjadi bangunan termegah di dunia pada zamannya. Yang satu kosong dengan segelintir manfaat yang bisa dihitung jari, satunya lagi dijadikan simbol sangat penting hingga dapat mempengaruhi berbagai peradaban dunia.

Filosofinya simpel, yang kita lihat bukan seberapa lama ia hidup, tetapi seberapa banyak ia memberikan pengaruh dan manfaat. Filosofi ini pun berlaku pada manusia. Seseorang yang berusia pendek tetapi perbuatannya telah mempengaruhi seluruh dunia, nama dan ceritanya tak akan pernah hilang ikut masuk ke dalam bumi bersama jasadnya. Tak peduli baik ataupun buruk perbuatannya. Berbeda dengan orang yang punya usia lebih dari seabad tetapi ia hanya memikirkan dirinya sendiri dan hanya memberikan sedikit manfaat pada orang lain hingga kematiannya tak ada satu pun orang yang merasa dirinya penting. Yang membuta orang lain ingat kepada kita adalah seberapa besar efek dari interaksi yang telah kita lakukan dengan orang lain.         

Ayasofya telah melakukan jasa besar kepada seluruh dunia. Dimulai dari pembangunan pertamanya pada tahun 360 oleh Konstantin II yang merupakan anak dari Konstantin I, seorang pendiri kekaisaran Romawi Timur. Romawi yang tadinya merupakan sebuah kekaisaran yang satu saat itu terpecah dua oleh serangan bangsa Hun. Karena dirasa Romawi tak mungkin berhasil menghadapi serangan Hun, ia pun berinisiatif untuk membawa romawi baru ke sebuah tanah yang dekat dengan sebuah selat yang membuat dua benua terpisah. Kota itu kelak akan dinamakan dengan nama dirinya yaitu Konstantinopel.

Perkiraan Konstantinus benar, Romawi yang saat itu berkuasa di Roma tak akan bisa bertahan lama. Seratus tahun kemudian kekaisaran itu runtuh dan hanya meninggalkan kekuasaan tunggal oleh Romawi yang didirikan oleh Konstantinus. Romawi lama itu kita sebut sekarang sebagai Romawi Barat sedangkan Romawi baru yang berpusat di Konstantinopel disebut sebagai Romawi Timur.    

Inisiatif untuk membuat sebuah kota baru itu pun dilanjutkan anaknya Konstantinus 2 dengan membangun sebuah bangunan termegah pada zamannya yang berfungsi sebagai tempat ibadah, berkumpul, pemerintahan yang semuanya jadi satu. Bisa dikatakan bangunan ini kelak yang akan menjadi jantung Romawi Timur.

Bangunan itu dinamakan Hagiasophia yang bermakna kebijaksanaan suci. Tapi keberadaannya sebagai sesuatu yang vital bagi Romawi Timur tak bertahan lama, pada tahun 404 terjadi sebuah pemberontakan yang merusak parah bangunan Hagiasophia yang tak memiliki bekas hingga kini. Di depannya pula ada sebuah patung dilapisi perak Evdokia yang merupakan istri dari Arkadios yang merupakan kaisar romawi saat itu; ikut pula dihancurkan bersama dengan bangunan Hagiasophia.                

Sebelas tahun kemudian jantung itu dicoba untuk dihidupkan kembali. Pada tahun 415 atas perintah Kaisar Theodosios II Hagiasophia kembali di tempat yang sama dengan arsitektur yang lebih kuat. Tak seperti Hagiasophia pertama yang sebagian besar materialnya masih dibangun dengan kayu sehingga dapat mudah habis dibakar. Namun sekali lagi terdapat pemberontakan pada tahun 532 yang disebut sebagai pemberontakan Nicea yang meruntuhkan bangunan yang telah dibuat dari berbagai macam batuan di dunia. Untunglah runtuhan batuan tersebut masih tersisa hingga kini sehingga masih dapat dipelajari oleh sejarah. Masih tak putus asa kaisar saat itu Justianus I membuat sebuah bangunan di samping bangunan lama dengan arsitektur yang lebih hebat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun