Mohon tunggu...
Mohamad Asrori Mulky
Mohamad Asrori Mulky Mohon Tunggu... Dosen - Penyintas di Jalan Ilmu

Penyintas di Jalan Ilmu, Pernah Nyantri di PonPes Subulussalam, Kresek, Banten dan Pondok Tahfidz Daarul Qur'an, Cikalahang Dukupuntang, Cirebon.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ben Anderson yang Saya Pahami

23 Juni 2021   06:25 Diperbarui: 23 Juni 2021   07:31 673
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ben Anderson / via republika.co.id

Ben Anderson tidak menemukan kesulitan yang berarti saat meneliti dua negara tersebut. sebab dia mampu berkomunikasi langsung dengan penduduk lokal seolah sudah menjadi warga setempat---hal yang menjadi kelebihan peneliti Barat termasuk Ben Anderson. Itu semua bisa terjadi karena dia adalah seorang polyglot, seseorang yang memiliki kemampuan berbicara dalam banyak bahasa. 

Dia bisa membaca teks dalam bahasa Belanda, Jerman, Spanyol, Perancis dan Rusia, serta bisa membaca dan berbicara dalam bahasa Indonesia dan Thai. Tidak hanya itu, dia paham bahasa Jawa dan Tagalog. Kemampuan dalam banyak bahasa itulah yang memudahkan Ben Anderson mengakses tulisan-tulisan mengenai ketiga negara itu dan dengan leluasa bisa bergaul dengan penduduk setempat.

Kemampuan Ben Anderson dalam banyak bahasa, mengingatkan saya pada beberapa penulis yang juga pemikir kelas dunia, yang juga memiliki kemampuan yang sama. Sebut saja misalnya, Fazlur Rahman, pembaru Islam asal Pakistan. Selain fasih berbahasa Urdu dan Persia, Rahman juga menguasai bahasa Arab, Inggris, Turki, Perancis, Jerman, bahkan Yunani. Kemampuan berbahasa Rahman itu, diikuti murid terkasihnya, Nurcholis Madjid atau biasa dipanggil Cak Nur. 

Meski tak sebanyak gurunya, Cak Nur mampu berbahasa selain Arab dan Inggris dengan baik. Selain mereka berdua, dua nama yang juga penting disebut di sini adalah Mohamad Iqbal dan Annemarie Schimmel. Yang pertama merupakan pemikir, pembaru, filosof, dan penyair asal Pakistan. Sementara nama yang disebut kedua merupakan orientalis Jerman yang sebagian besar hidupnya mendalami Islam terutama dalam bidang mistis Islam atau Tasawuf.

Kepemilikan akses terhadap dunia orang yang beragam itulah yang memungkinkan Ben Anderson mampu menangkap nuansa yang jauh lebih kompleks dan mendalam, sekaligus jauh lebih menarik ketimbang yang direpresentasikan lewat teks. Persentuhannya secara langsung dengan ragam masyarakat mematangkan dirinya sebagai peneliti paling disegani dan diperhitungkan. 

Apa yang ditampilkan Ben Anderson itu memberi pelajaran yang cukup berharga bagi kita bahwa kemampuan dalam banyak bahasa bisa menunjang kemudahan dalam melakukan riset di lapangan. Bagaimana pun juga bahasa merupakan alat pertama dalam berkomunikasi, memahami, dan saling menjalin pengertian. Dan lewat bahasa pula-lah (bahasa cetak/aksara) konsepsi tentang "komunitas yang terbayang" ala Ben Anderson dimungkinkan.

Ben Anderson dan Komunitas yang Terbayang

Dalam studi ilmu politik dan sosial, buku Imagined Communities karya Ben Anderson ini telah menjadi rujukan dan didisukusikan di banyak forum ilmiah. Kehadirannya bisa dibilang cukup menghebohkan karena mampu memikat kalangan akademisi untuk mendalaminya. Bahkah buku ini ada yang menyejajarkan dengan buku Edward Said, Orientalism (1978), yang terkenal itu. 

Siapa yang ingin mengetahui diskursus orientalisme, maka dia harus mendasarkan kajiannya pada karya Said. Begitu pun bagi mahasiswa yang ingin mengkaji tentang asal usul nasionalisme, maka buku Ben Anderson itu merupakan bacaan wajib. Imagined Communities sudah diterjemahkan ke dalam dua puluh sembilan bahasa, termasuk Indonesia. 

Dalam penelusuran saya, buku itu menjadi salah satu buku paling laris dari Verso, penerbit sayap-kiri di London yang sebagian dikelola oleh adik Ben Anderson, Perry Anderson.

Perlu digarisbawahi, Imagined Communbities atau "Komunitas-Komunitas yang Terbayang" ala Ben Anderson bukan didasarkan pada komunitas yang biasa kita kenal selama ini, yaitu di mana anggotanya pasti dan bisa saling berinteraksi secara langsung dan setiap saat seperti dalam sebuah perkumpulan, organisasi, paguyuban, dan semisalnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun