Mohon tunggu...
𝙔𝙖𝙢𝙞𝙣 𝙈𝙤𝙝𝙖𝙢𝙖𝙙
𝙔𝙖𝙢𝙞𝙣 𝙈𝙤𝙝𝙖𝙢𝙖𝙙 Mohon Tunggu... Ayah 3 anak, cucu seorang guru ngaji dan pemintal tali.

Guru SD yang "mengaku sebagai penulis". Saat kanak-kanak pernah tidak memiliki cita-cita. Hanya bisa menulis yang ringan-ringan belaka. Tangan kurus ini tidak kuat mengangkat yang berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Anomali Ramadhan dan Geliat Ekonomi

17 Februari 2025   09:21 Diperbarui: 17 Februari 2025   10:03 447
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi belanja kebutuhan saat Ramadhan (Dok. HaloMoney.co.id via Kompas)

Ramadhan 1446 H akan segera tiba dalam hitungan hari. Bulan suci itu menjadi momentum yang paling ditunggu-tunggu oleh umat Islam karena Ramadhan identik dengan kegembiraan dan kebahagiaan. Bagi mereka yang menjalani ibadah puasa Ramadhan, kegembiraan adalah menahan lapar dan dahaga saat. Kegembiraan juga terasa saat berada dalam penantian kedatangan maghrib, ketika berbuka bersama keluarga, shalat tarawih, tadarrus, atau berbagi makanan kecil kepada tetangga. Kegembiraan itu menjadi berlipat saat lebaran tiba.

Di balik kegembiraan itu, satu hal yang tidak dapat dihindarkan selama Ramadhan hingga Hari Raya Idul Fitri adalah meningkatnya pengeluaran rumah tangga. Fakta ini menimbulkan kesan Ramadhan sebagai bulan anomali, khususnya bagi umat Islam. Puasa Ramadhan yang ditempatkan sebagai bulan pengendalian diri, dalam hal ini kegiatan konsumsi, malah sebaliknya. Alih-alih memilih perilaku hidup hemat, Ramadhan menjadi periode dimana masyarakat mengalami anggaran belanja rumah tangga yang selalu membengkak.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan meningkatnya pengeluaran selama Ramadhan, yaitu, kebutuhan makanan, pakaian, hiburan, mudik, dan sosial.

Makanan

Salah satu kebutuhan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri yang menyebabkan meningkatnya pengeluaran adalah makanan. Hal ini dipengaruhi oleh perubahan pola dan menu makanan saat Ramadhan.

Ritual puasa mendorong keluarga mengalami perubahan menu makanan baik saat berbuka maupun sahur. Ketika berbuka puasa, misalnya, dengan alasan “balas dendam terselubung” setelah berlapar-lapar selama kurang lebih 12 jam, kita lalu memilih makanan yang dipandang paling istimewa, bervariasi, dan porsi yang lebih banyak dari biasanya. Saat sahur pun sebagian besar orang melakukan perubahan dengan memilih makanan yang bernutrisi. Bahkan untuk mensuplai lebih banyak energi dalam menjalani puasa sebagian orang mengkonsumsi vitamin.

Beberapa keluarga tidak jarang berbuka puasa di luar rumah atau di pusat kuliner. Risikonya tentu saja harga makanan yang lebih mahal akan menggandakan pengeluaran. Belum lagi biaya transportasi seperti sewa kendaraan atau sekadar BBM jika menggunakan kendaraan sendiri. 

Kebutuhan makanan tidak saja untuk konsumsi keluarga tetapi juga untuk orang lain. Hal ini terlihat dari kebiasaan berbagi makanan untuk berbuka atau takjil. Di kehidupan kampung, sudah lumrah ibu-ibu saling mengantarkan masakan dengan tetangga menjelang maghrib. 

Orang-orang mampu (dan dermawan) akan mengambil bagian dalam gerakan berbagi dengan menyediakan makanan untuk berbuka secara gratis pada posko-posko yang telah ditentukan, seperti, di masjid.

Kebutuhan makanan berlipat ketika lebaran tiba. Makanan itu tidak saja untuk kebutuhan keluarga tetapi juga sebagai jamuan untuk tetamu, kerabat, atau sahabat yang berkunjung. Tidak jarang dijadikan sebagai oleh-oleh bagi mereka yang mudik.

Pakaian

Tidak perlu penelitian untuk menyimpulkan bahwa kebutuhan pakaian menjadi faktor bertambahnya pengeluaran saat lebaran. Dapat dipastikan semua anggota keluarga dalam sebuah rumah tangga merasa tidak lengkap tanpa pakaian baru saat lebaran.

Saya sendiri memiliki tiga orang anak yang memerlukan pakaian baru untuk merayakan kegembiraan karena merasa menjadi pemenang setelah berjibaku melawan hawa nafsu selama sebulan penuh dalam bulan Ramadhan. Saya belum pernah mencatat secara detail berapa nilai harga pakaian yang harus saya keluarkan untuk membeli kebutuhan tersebut. Namun, saya pastikan bahwa pakaian lebaran menjadi salah satu faktor yang memiliki andil cukup besar dalam pengeluaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun