Mohon tunggu...
Yamin Mohamad
Yamin Mohamad Mohon Tunggu... Guru - Ayah 3 anak, cucu seorang guru ngaji dan pemintal tali.

Guru SD yang "mengaku sebagai penulis". Saat kanak-kanak pernah tidak memiliki cita-cita. Hanya bisa menulis yang ringan-ringan belaka. Tangan kurus ini tidak kuat mengangkat yang berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Bandung-Jakarta: Melintas Tol Jakarta-Cikampek

16 Juli 2022   19:53 Diperbarui: 16 Juli 2022   20:01 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Perjalanan Bandung - Jakarta, dengan rentang geografis sekitar 150-an km, diawali dari kantor BBGP Bandung sekitar pukul 11.00 WIB menuju Jakarta. 

Tiga hari di Bandung bersama rombongan untuk mengikuti sebuah diklat, matahari tetap malu-malu menunjukkan dirinya. Mendung dan hujan nyaris terus-menerus melukis dirinya pada kanvas cuaca alam Bumi Parahyangan itu.

Perjalanan panjang Bandung-Jakarta membelah malam melintas tol Jakarta-Cikampek, dengan menumpang sebuah bus, cukup melelahkan bagi saya yang pertama kali bepergian sejauh itu. 

Lebih dari setengah penumpang bus dengan kapasitas 60-an orang meringkuk dalam tidur. Dengkur satu dua seorang mengimbangi deru mesin transportasi.

Lamat-lamat terdengar lenguh penumpang lainnya--entah pertanda penat, gejala letih, atau lambung yang menuntut asupan makanan. 

Satu dua orang menghibur diri dengan smartphone dalam temaram lampu jalanan yang menembus bus yang saya tumpangi. Samar obrolan sepasang penumpang yang duduk pada salah satu deretan kursi. Entah apa yang mereka bahas. Hanya mereka dan remangnya malam yang tahu.

Satu setengah jam perjalanan, dengan posisi duduk tidak leluasa bergerak, mengakibatkan persendian kaki dan badan pega-pegal. 

Kondisi ini membuat penumpang membutuhkan ritual melemaskan pinggang yang pegal dan otot yang kaku. Tidak saja akibat pegal dan kaku, sebagian besar penumpang juga dirundung kebelet pipis yang menciptakan penderitaan. Tuan dan Nyonya tentu tahu betapa menderitanya seseorang ketika hasrat buang air tak tersalurkan.

Pilihannya adalah mencari rest area untuk memberikan kesempatan penghuni bus menanggalkan kepenatan, memburu secangkir kopi, atau makanan ringan. 

Seperempat jam rehat cukup mengembalikan otot dan persendian pada titik normal. Penumpang yang tak kalah lega adalah kelompok yang mendapatkan kesempatan buang air.

Bus dalam kendali sopir melaju dengan kecepatan rata-rata 70-80 km/jam berdasarkan indikator yang ditunjukkan Google Maps. Rupanya sopir cukup berhati-hati mengemudikan kendaraan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun