Mohon tunggu...
Sosbud Pilihan

Multikultur Utopis atau Realistis di Indonesia

1 November 2018   14:22 Diperbarui: 1 November 2018   14:28 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Apa yang kalian pikirkan dan ketahui mengenai sebuah negara bernama "Indonesia"? Mungkin sebagian orang di luar sana akan mengingat sisi-sisi negatif yang terdapat di negara yang berada di kawasan Asia Tenggara tersebut. Mulai dari kondisi miris tingkat korupsi peringkat 96 dari 180 negara di Dunia, efisiensi pasar tenaga kerja yang rendah dibuktikan  melalui urutan 96 dari 137 negara bahkan perilaku rasis yang masih terjadi serta mudah terprovokasi melekat di masyarakat seperti konflik poso, sampit dan sebagainya.

Dari permasalahan diatas, penulis akan memfokuskan pembahasan mengenai disintegrasi bangsa terutama berkaitan dengan kondisi majemuk di Indonesia serta mencoba mencari solusi dan memperoleh keyakinan bahwa Indonesia masih dapat lebih baik dan maju ke depannya. 

Indonesia adalah negara yang besar secara luas wilayah dilihat berdasarkan jumlah pulau mencapai 17.000 pulau ditambah dengan jumlah penduduk sejumlah 250 juta orang yang mendiami nusantara ini. 

Dalam konteks sosiologi, masyarakat yang tersebar dan menyebar dalam tatanan kepulauan akan menimbulkan isolasi geografis yang menjadikan masyarakat terdiferensiasi secara sosial maupun budaya. Hal ini tergambar, ada lebih dari 300 kelompok etnik di Indonesia atau 1.340 suku bangsa menurut sensus BPS 2010 dengan suku jawa sebgai mayoritas 40% dari total populasi. 

Keragaman tersebut ibarat sisi mata uang, sisi positifnya yaitu Indonesia memiliki kekayaan budaya dan potensi logis untuk menarik wisataawan namun di sisi lain kemajekmukan tersebut dapat menjadi bumerang apabila tidak disikapi dengan bijak.

Tragedi sampit yang menewaskan 500 orang, 100 diantaranya dipenggal kepalanya oleh suku Dayak membuktikan sikap intoleransi dan tanpa belas kasihan terhadap saudara satu tumpah darah. Selain itu, konflik Singkil yang mengakibatkan pembakaran gereja oleh 600 orang serta mengakibatkan 1 orang tewas dan 4 lainnya luka-luka. 

Dari contoh diatas, kita dapat melihat potret kelam mengenai persatuan dan kesatuan masyarakat dalam berbangsa dan bernegara. Kemudian apa yang dapat dilakukan dan masih adakah peluang untuk memperbaiki perpecahan yang kerap terjadi masyarakat? Harapan untuk menciptakan integrasi nasional akan selalu ada dan berusaha untuk diwujudkan terjadi di Indonesia. Apabila menilik sejarah pasti kita menyadari bahwa fondasi integrasi sudah ditanamkan sebelum bangsa ini berdiri lebih tepatnya 90 tahun yang lalu.

Para pemuda/i yang berasal dari berbagai latar belakang menjadi satu dalam satu deklarasi bernama sumpah pemuda. Semboyan "Bhinneka Tunggal Ika" yang berarti berbeda-beda tetap satu jua haruslah dimaknai dan diaplikasikan sepenuh hati agar setiap insan mampu memberikan sumbangsih dalam perdamaian yang ingin diwujudkan bersama. 

Dalam konteks kekinian, kita dapat melihat Asian Games 2018 dapat menjadi pemersatu di tengah keragaman masayarakat kita. Tidak memandang latar belakang maupun perbedaan yang ada, kita dapat bersatu padu untuk mendukung dan menyukseskan pagelaran terbesar se-Asia tersebut. 

Akhirnya, kita harus menyadari bahwa terdapat konsep multikulturalisme yang mencerminkan kondisi masyarakat yang toleran di tengah-tengah perbedaan sehingga dapat mengurangi terjadinya konflik. Multikulturalisme sudah pasti majemuk namun majemuk tidak menjami terciptanya kondisi masyarakat multikultur. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun