Oleh:Moh Afif Sholeh
Zaman semakin canggih, serta serba instan, di sisi lain sulit membedakan antara kebenaran dengan kepalsuan, semua melebur menjadi satu kesatuan, hal ini membutuhkan kecerdasan dalam memilih dan memilahnya. Ponimin salah satu korban penipuan yang berkedok bisnis benda berharga, ia terlalu tergiur dengan keuntungan yang berlipat ganda, tanpa mengecek secara detail kebenarannya.
"Pak, saya ada bisnis yang menjanjikan, mau ikut bergabung tidak?"tawaran orang yang baru ia kenal.
"Bisnis apa pak?"ia bertanya.
"jual beli benda berharga, seperti samurai peninggalan Jepang, senjata atau alat perang kerajaan zaman dahulu, keuntungannya luar biasa pokoknya".
Sejenak terlintas dalam pikirannya, mana mungkin orang bisa cepat kaya dengan cara itu, namun karena terhipnotis penampilan dan retorikanya, ia menjadi terpancing untuk mengikuti bisnis itu, walau milyaran uang yang ia keluarkan.
"ini keris peninggalan Majapahit, harganya 3 milyaran, berguna untuk penolak sihir."tutur orang itu.
"Bisa dites kebenarannya tidak?agar jelas semuanya.
"Oh sangat bisa."Ia meyakinkan.
Akhirnya, Ia terpesona dengan fungsi benda itu, dan minta dikirim kerumahnya dalam keadaan terbungkus rapi, tanpa dicek terlebih dahulu. Sesampainya dirumah, ia akan mendapat keuntungan yang berlipat ganda dengan menawarkan ke kolektor benda berharga. Setelah itu, ia menghubunginya, dan meminta untuk datang ke rumahnya untuk melihat benda yang ia beli.Â
Sang kolektor lalu datang dan mengecek benda itu, ternyata benda yang ia beli semuanya tidak asli, alias palsu. Ia merasa tertipu dengan orang yang menjual kepadanya, kemudian ia melaporkan ke kepolisian tentang kejadian yang dialaminya. Namun orang yang ia laporkan sudah menghilang ke luar negeri, tanpa ada yang tahu keberadaannya. Sungguh ia sangat menyesal akibat kecerobohan dan tertipu akan bungkus yang memukau.
Depok, 6 juli 2017, 23.30 Wib.