Mohon tunggu...
Moh afif Sholeh
Moh afif Sholeh Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis

Pegiat literasi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Lisan Memaafkan, Hati Berontak

28 Juni 2017   22:08 Diperbarui: 28 Juni 2017   22:50 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Lisan Memaafkan, Hati Berontak

Oleh: Moh Afif Sholeh

Sudah menjadi karakter manusia bahwa ia akan suka terhadap orang yang berbuat baik kepadanya, sebaliknya ia akan membenci terhadap orang yang pernah menyakitinya, tidak memandang saudara atau bukan, Momentum lebaran biasa digunakan untuk saling memaafkan satu dengan yang lain, Juminten seorang penjual jamu, sudah 5 tahun tidak saling sapa dengan tetangga yang berada di depan rumahnya, permasalaha keduanya berawal dari masalah sepele, yaitu anaknya Juminten merebut mainan anak tetangganya, sehingga menangis dengan kencangnya. Kemudian orang tua anak itu ke rumah juminten untuk meminta mainannya.

"Jum...jum...keluar kamu!mana anakmu yang bikin nangis anak saya?"tetangganya sambil gebrak gebrak pintu.

Mendengar gebrakan pintu, juminten terbangun dari tidur siangnya, kepalanya pusing karena mendengar suara itu.

"Apa apaan kamu teriak teriak di depan rumah sambil gebrak pintu!" sahutnya sambil naik pitam.

"Ajari anakmu sopan santun, bisanya merebut mainan orang."sambil tunjuk tunjuk muka juminten.

"Eh kamu...kaca dirimu, anakmu juga sering merebut anak mainan anak saya, cuma saya tidak pernah mengadu."jawab dengan muka bengisnya

Keduanya berduel sambil menjambak rambut, mereka berhenti ketika pak RT melerai keduanya setelah melewati depan rumah mereka.

"Berhenti...berhenti, kalian berdua seperti anak kecil saja, sukanya bertengkar saja, kalau kalian tidak berhenti, saya akan panggil polisi."tegasnya.

Akhirnya mereka berhenti bertengkarnya, kemudian mereka disuruh ke rumah masing masing.

Beberapa kali lebaran,  mereka tak tegur sapa, sampai akhirnya, ada pertemuan warga untuk silaturrahmi bersama, setelah salam salaman, Juminten masih menyimpan dendam, ia merasa bahwa tetangganya salah, makanya harus minta maaf duluan, begitu juga sebaliknya tetangganya berfikiran juminten harus yang kerumah duluan untuk minta maaf.

Ketika ada pertemuan, mereka bersalam salaman, tapi hati mereka berontak satu dengan yang lain. Iya itu memang realita di masyarakat, lisan memaafkan tapi hati berdusta.

Depok, 28 Juni 2017, 21.30 WIB

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun