Mohon tunggu...
Moh Nabil Widad
Moh Nabil Widad Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tahlilan, Instrumen Peningkatan Solidaritas Sosial Masyarakat Dusun Curahleduk Banyuanyar Kalibaru

23 April 2021   21:45 Diperbarui: 23 April 2021   22:21 454
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sudah menjadi tradisi di kalangan umat Islam Indonesia, bila ada seseorang yang wafat, maka keluarga almarhum mempunyai tanggung jawab moral untuk menyelenggarakan tahlilan. 

Acara ini dihadiri oleh para kerabat, keluarga, tetangga dan handai taulan. Dalam perkembangannya Tahlilan diadakan dari hari meninggalnya seseorang sampai hari ke tujuh, tidak jarang dalam beberapa kelompok masyarakat ada yang mengadakannya kembali di hari ke empat puluh dan ke seratus. 

Selain dengan tujuan dasar untuk mendoakan kebaikan terhadap mayit, Tahlilan juga bisa menjadi jembatan untuk meningkatkan jalinan kekerabatan antar masyarakat sosial. Hal ini dibuktikan dengan adanya percakapan-perkacakapan antar beberapa warga yang membahas satu hal kecil di sela-sela waktu menunggu jamaah berkumpul yang kemungkinan akan sulit terjadi di hari-hari biasa karena mungkin disibukkan dengan urursan pekerjaan dan rumah tangga. Dalam tulisan ini saya akan berusaha untuk mengemukakan fakta lain tentang dampak positif Tahlilan di luar hal keagamaan khususnya dalam perkembangan interaksi sosial kemasyarakatan di dusun Curahleduk Banyuanyar Kalibaru Banyuwangi.

Tahlil dalam Sejarah

Berdasarkan penelitian dan penyelidiakan para ahli sejarah, ritus Tahlilan ialah hasil adopsi oleh para Da'i terdahulu (dalam hal ini adalah walisongo) dari ritual kepercayaan animisme, agama Budha dan Hindu yang selanjutnya diganti dengan ritual bacaan yang didasarkan kepada Al-qur'an dan Hadits. Sebelum agama Hindu, Budha dan Islam masuk ke Indonesia, kepercayaan yang dianut bangsa Indonesia antara lain adalah animisme. 

Menurut kepercayaan animisme, bila seseorang meninggal dunia, maka ruhnya akan datang ke rumah pada malam hari mengunjungi keluarganya. Jika dalam rumah tadi tidak ada orang ramai yang berkumpul-kumpul mengadakan upacara-upacara sesaji, seperti membakar kemenyan, dan sesaji kepada yang ghaib atau ruh-ruh ghaib, maka ruh orang mati tadi akan marah dan masuk (sumerup) kedalam jasad orang yang masih hidup dari keluarga si mayit. 

Maka untuk itu semalaman para tetangga dan kawan-kawan atau masyarakat tidak tidur, membaca mantera-mantera atau sekedar berkumpul-kumpul. Hal seperti itu dilakukan pada malam pertama kematian, selanjutnya malam ketiga, ketujuh, ke-100, satu tahun, dua tahun dan malam ke-1000. Menurut paham ini, ruh dari orang-orang yang sudah mati itu sangat menentukan bagi kebahagiaan dan kecelakaan orang-orang yang masih hidup di dunia ini. 

Di dalam masyarakat dusun Curahleduk sendiri, Tahlilan sudah ada sejak para penyebar agama Islam masuk dan mulai berdakwah di daerah ini dan budaya tersebut tetap lestari sampai sekarang. 

Sesuai kesepakan bersama, Tahlilan di dusun ini dijadwalkan pada pukul 15.45 (Ba'da Ashar) dengan berapapun jumlah warga yang hadir tahlilan akan dimulai tepat waktu. Kesepakatan tentang waktu ditetapkan dengan menyesuaikan waktu senggang para warga dari perkerjaan masing-masing.

Pekerjaan warga di sudun curahleduk mayoritas adalah petani padi dan kopi, mereka sudah dipastikan pulang dari ladang dan kebun masing-masing ketika jam menunjukkan oukul 14.00. Di dusun yang lain tahlilaln diselenggarakan di waktu yang berbeda yaitu pukul 19.00 (Ba'da Isya), karena kebanyakan warganya bekerja sebagai buruh di perkebunan kopi milik PTPN yang lumrahnya baru bisa beranjak dari tempat kerja ketika senja hampir tiba. 

Tahlilan dan Kaitannya dengan Sosial Kemasyarakatan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun