Mohon tunggu...
moh. romadlon
moh. romadlon Mohon Tunggu... Penulis - Penulis lepas dan penyuka buku

Penulis lepas

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Peran Strategis Guru bagi Peningkatan Baca Siswa

13 Oktober 2017   15:15 Diperbarui: 13 Oktober 2017   15:46 1974
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Guru yang cinta baca juga bisa menggugah minat baca anak dengan memanfaatkan materi pelajaran. Bahkan bagi guru yang cinta buku materi pelajaran adalah merupakan "jembatan emas" untuk mendekatkan anak pada kecintaannya pada membaca. Ambil contoh, seorang guru kelas rendah Sekolah Dasar, ketika menerangkan tentang pentingnya hidup rukun, berbagi, dan bergotong royong, ia bisa meminta murid-muridnya keperpustakaan untuk mencari buku-buku cerita anak atau dongeng yang memiliki tema serupa dengan materi pelajaran tersebut. Akan lebih baik ketika guru mampu menunjukkan sebuah cerita yang merupakan karya asli guru. Murid tentu akan lebih antusias lagi.

Pada pertemuan selanjutnya, guru meminta sebagian anak untuk menceritakan ulang buku cerita yang telah dibaca dengan bahasanya sendiri di depan kelas. Setelah selesai guru mengulas tentang cerita itu sembari menanyakan seputar cerita tersebut, misal tentang judul, tokoh, dan tentang pesan apa yang ada dalam cerita tersebut. Dengan cara ini, selain membiasakan anak membaca juga akan memudahkan guru menanamkan nilai-nilai atau poin-poin penting dalam materi pelajaran. Tugas guru di sini adalah membimbing dan mencarikan benang merah antara bacaan dan materi pelajaran. Metode ini efektif diperagakan dalam semua pelajaran dan pada semua tingkat kelas.

Bahkan, pada kelas atas, karena kemampuan membaca, dalam arti mengeja huruf, sudah bagus, tentu guru bisa melakukan hal-hal yang lebih menarik lagi. Dalam kelas atas guru dapat memberi tugas untuk mencari bahan bacaan di perpustakaan sesuai minatnya lalu disuruh untuk mengulasnya di depan kelas. Yang perlu dicatat, guru tidak hanya memberi tugas dalam arti hanya memerintah tetapi guru benar-benar harus terlibat. Guru harus ikut ke perpustakaan, membimbing anak mencari buku. Ia juga ikut meminjam, membaca, dan menyiapkan diri untuk mengupasnya. Dan akan lebih bijak bila guru menguasai seluruh isibuku yang akan dipresentasikan murid pada pertemuan berikutnya.Guru bisa meminta antara satu anak didik dengan satunya lagi untuk saling tukar-menukar buku yang telah dibaca.

Bila dipandang mampu, guru bisa melanjutkan dengan memberi tugas secara personal atau kelompok pada murid untuk membuat cerita, tentang apa saja. Ini akan melatih kemampuan menulis anak. Tentu bukan hasil tulisan yang jadi ukuran, namun pengalaman membaca dan menulis siswa yang menjadi poin pentingnya.

Guru dan seluruh pengelola sekolah yang cinta baca pasti akan memanfaatkan "waktu luang" yang tersedia dalam kalender pendidikan untuk hal-hal yang menunjang peningkatan budaya baca. Ambil contoh, saat jeda semester pihak sekolah bisa mengadakan Gebyar Buku. Dalam even itu bias diadakan lomba antar kelas tentang baca tulis puisi, baca tulis cerita anak atau dongeng, baca tulis pengalaman seru sehari-hari, lomba resensi buku, sekaligus pameran buku di kelas masing-masing.

Contoh lain: memanfaatkan "waktu luang" dengan berekreasi ke tempat yang mendukung tumbuh kembanya minat baca. Misalnya membawa anak didiknya ke toko buku, pameran buku, perpustakaan umum, atau ke penerbit buku. Dengan mengajak ke tempat-tempat buku dan melihat orang-orang yang sedang beraktifitas dengan buku, hati anak akan tergerak mengikuti. Dengan dikelilingi ribuan buku, menyentuh setiap halamannya, menghirup aroma buku, akan menstimulasi otak untuk lebih mencintai buku dan lebih menghargai buku. Di sana guru juga bisa melibatkan, misalnya, para petugas perpustakaan untuk memberi motivasi kepada anak didik.

Langkah lain yang bisa diambil adalah mendatangkan penulis, tentu penulis yang sesuai dengan bacaan anak, misalnya penulis cerita anak. Ajak penulis itu sharing dengan anak seputar dunia literasi. Akan lebih mengena bila bisa mendatangkan penulis cerita atau komikus pada film-film kartun yang memang secara umum lagi digemari anak. Bagaimana pun anak tak bisa dilepaskan dari tayangan kartun di televisi. Sementara mereka juga tak pernah berpikir bahwa dibalik tayangan itu ada seorang penulis yang merilis cerita. Dari situ anak akan tahu secara langsung betapa di balik tayangan yang mereka tonton ternyata melibatkan penulis yang setiap harinya bercibaku dengan aktifitas membaca dan menulis.

Terakhir, guru tak segan member reward atau penghargaan kepada anak didiknya atas aktifitas baca tulis yang mereka lakukan. Misalnya memajang tulisan mereka di majalah dinding. Bisa juga dengan member hadiah buku bacaan, dll.  

Hal Pendukung

Sekali lagi, guru yang cinta buku merupakan kunci utama membangun budaya baca anak didik. Kendati demikian, guru tak bisa berjalan sendiri. Pertama, harus didukung oleh keberadaan perpustakaan sekolah. Sebagai basis kegiatan literasi sekolah perpustakaan harus menarik dan nyaman. Pertama, menarik dan nyaman secara letak dan tata ruang. Kedua, yang lebih penting, harus menarik dan nyaman dari sisi koleksi buku. Menarik karena koleksinya selalu baru, sesuai dengan anggaran sekolah, nyaman karena buku-bukunya terawatt dengan baik dan tertempatkan dengan benar.

Kedua, harus didukung sepenuhnya oleh walimurid dan masyarakat. Akan berat rasanya guru mengajak anak gemar membaca ketika orangtua di rumah tak meneruskan atau mendukungnya. Akan berat rasanya ketika anak sibuk membaca buku sementara orangtua malah asyik menikmati tayangan televisi. Akan berat rasanya ketika orangtua lebih ringan membeli paket data internet atau rokok daripada membelikan anak buku bacaan. Akan berat rasanya ketika orangtua lebih suka mengajak anaknya jalan-jalan ke mall daripada ke perpustakaan, took buku, atau ke pameran buku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun