Mohon tunggu...
Muhibuddin Aifa
Muhibuddin Aifa Mohon Tunggu... Perawat - Wiraswasta

Jika Membaca dan Menulis adalah Cara yang paling mujarab dalam merawat Nalar, Maka Kuliah Adalah Pelengkapnya.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Peran Aparatur Desa dalam Mencegah Stunting

10 Desember 2021   15:45 Diperbarui: 10 Desember 2021   15:51 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh: Muhibuddin, SKM

Penulis adalah Mahasiswa Pasca Sarjana Magister Kesehatan Masyarakat 

Universitas Syiah Kula (USK). Staff Keperawatan Rumah Sakit Jiwa Aceh.

Setiap orangtua menginginkan anaknya terlahir dengan sempurna, baik secara fisik maupun intelegensi, untuk tercapinya keinginan tersebut, tentunya harus dipersiapkan dengan baik semenjak konsepsi kehamilan, hingga anaknya tumbuh menjadi remaja hingga dewasa. Dalam setiap tahapan baik saat pra kehamilan, hamil, hingga melahirkan dan masa tumbuh kembang anak, peran kedua orangtua sangat menentukan terhadap kesehatan anaknya. Mereka harus menyediakan asupan nutrisi dengan kandungan gizi seimbang terhadap balitanya, agar tumbuh menjadi generasi yang cerdas dan berkualitas.

Kurangnya asupan gizi bagi balita akan mengakibatkan permasalahan yang sangat serius, karena berhubungan dengan tumbuh kembagnya. Oleh sebab itu menjadi suatu hal yang penting untuk memperhatikan asupan gizi pada masa kehamilan, karena pada masa tersebut sangat berperan dalam pembentukan kualitas sumber daya manusia di masa yang  akan  datang. Pertumbuhan, perkembangan serta kesehatan anak sangat ditentukan oleh kondisi janin saat didalam kandungan.

Berat badan lahir normal merupakan cerminan dan titik awal yang penting karena dapat menentukan kemampuan bayi dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan hidup yang baru sehingga tumbuh kembang bayi akan berlangsung secara normal. Berat badan lahir merupakan salah satu indikator kesehatan bayi baru lahir, bayi dengan berat lahir rendah (<2500 gram) atau berlebih (>4000 gram) akan mempunyai risiko yang  lebih  besar  untuk  mengalami  masalah  yang akan datang.

Salah satu permasalahan akibat kurang gizi, balita akan cenderung bertumbuh pendek atau secara medis dikenal dengan istilah stunting. Stunting merupakan sebuah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, hal ini menyebabkan adanya gangguan di masa yang akan datang yakni mengalami kesulitan dalam mencapai perkembangan fisik dan kognitif yang optimal. Anak stunting mempunyai Intelligence Quotient (IQ) lebih rendah dibandingkan rata -- rata IQ anak normal (Kemenkes RI, 2018). Tentunya kita tidak ingin melihat generasi Aceh masa depan bertubuh pendek dengan daya pikir yang lemah. Untuk memenimalkan resiko tersebut maka dibutuhkan dorongan dari semua pihak terkait dalam menyediakan gizi yang maksimal bagi ibu hamil dan menyusui.

Berbicara tentang gizi, bukanlah tergantung pada kuantitasnya, akan tetapi lebih kepada kualitas dari setiap makanan yang sajikan. Namun terkadang masih ada angapan bahwa memakan makanan yang banyak akan membuat sehat dan gizi akan tercukupi, pernyataan ini sangatlah keliru apalagi jika kebanyakan makanan yang dimakan hanya berupa nasi, maka yang bertumpuk pada badan hanyalah karbohidrat semata. Sementara balita membutuhkan zat-zat lain seperti, zat besi yang terdapat pada sayuran ubi-ubian, protein hewani dan nabati, kalsium, multivitanmin dan lainya, agar membuat mereka tumbuh sehat dan cerdas.

Lalu bagaimana dengan perilaku masyarakat Aceh dalam menyikapi hal ini, sudahkah mereka menerapkan langkah-langkah yang tepat dalam merawat anak-anaknya secara baik melalui pemberian makanan yang padat akan gizi. Berkaca pada berbagai survey yang telah di rilis ke publik, sepertinya masih jauh dari harapan. Salah satunya hasil survey yang disajikan oleh Riskedas 2018, kasus stunting dan gizi buruk di Aceh masih berada di atas angka nasional. Untuk angka gizi buruk secara nasional 3,5 persen sementara di Aceh di atas 5,5 persen. Sama halnya juga untuk stunting atau balita pendek, angka stunting di Aceh 37 persen sedangkan nasional 30 persen. Angka ini masih berada di bawah rekomendasi WHO yaitu 20 persen (aceh.tribunnews.com).

            Besarnya angka stunting di Aceh dapat dipicu oleh berbagai faktor, diantaranya masalah ekonomi sehingga ketidak mampuan dalam menyediakan makanan yang bergizi. Disisi lain kurangnya pengetahuan, mengakibatkan perilaku atau pola kebiasan (behavior) dalam mengkonsumsi makanan yang kurang tepat. Lebih menyukai makanan berdasarkan pada bentuk dan rasa yang mengunggah selera, atau memimilih makanan siap saji (junk food), tanpa memperhatikan nilai gizi didalamnya. Diperparah lagi dengan kurangnya kepedulian dari para pemangku kebijkan terhadap masalah ini, semakin membuat kita dilanda dilema terhadap meningkatnya kasus stunting di Aceh. Seharusnya para pemangku kebijakan  baik di level provinsi hingga kelevel pemkab dan kebawahnya mulai fokus terhadap permasalahan stunting, karena menyangkut kelangsungan regenerasi Aceh kedepan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun