Mohon tunggu...
Muhibuddin Aifa
Muhibuddin Aifa Mohon Tunggu... Perawat - Wiraswasta

Jika Membaca dan Menulis adalah Cara yang paling mujarab dalam merawat Nalar, Maka Kuliah Adalah Pelengkapnya.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mendidik Anak di Tengah Merosotnya Nilai-Nilai Moral

17 Juli 2020   23:18 Diperbarui: 18 Juli 2020   08:07 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Didiklah anakmu dengan sebaik mungkin, sebab esok ia akan hidup di suatu zaman yang berbeda dengan zaman kamu"

Di berbagai belahan dunia manapun setiap pasangan pasti mengidamkan kehadiran anak dalam kehidupannya, namun tidak semua pasangan berkesempatan untuk mendapatkan amanah tersebut. 

Ada yang dikarunia anak dalam waktu yang cepat setelah menikah, ada yang harus menunggu bertahun-tahun lamanya, dan bahkan ada yang sama sekali tidak mendapatkan penyambung sejarahnya.

Setiap orang boleh berencana dengan berbagai ekspektasi yang bersarang di kepalanya, namun tak selamanya itu sesuai dengan kehendaknya. Banyak orang yang merasa putus asa karena tidak memiliki seorang anakpun dalam rumah tangganya.

 Namun disisi lain ada juga yang menyia-nyiakan anugerah tersebut tanpa pernah tau, bagaimana caranya untuk bersyukur. Sehingga menelantarkan anaknya tanpa memberikan perhatian, pendidikan yang baik, dan hampir tidak pernah melihat perkembangan tumbuh kembangnya hanya karena alasan kesibukan dalam bekerja untuk memenuhi hajat hidup keluarganya.

Kali ini penulis ingin sedikit membuka cakrawala kita terkait mendidik anak sesuai dengan ajaran Islam, kenapa ini menjadi penting untuk dikaji dan pelajari lebih lanjut, supaya suatu saat ketika menjelang usia tua. Kita akan melihat generasi penerus kita dengan kualitas melampaui pencapaian kita, baik dari segi ketaatan dalam beragama maupun pencapaian kesuksesan dalam mereka berkarir.

Bukan malah sebaliknya masa tua kita akan dibayang-bayangi oleh perasaan bersalah seumur hidup, disebabkan oleh tidak kuatnya pondasi saat membangun karakter anak dalam keluarga. Mengakibatkan anak kita tumbuh kembangnya secara liar tanpa adanya perlakuan khusus, yang berujung pada kehilangan masa depannya dan cenderung berperilaku menyimpang baik dari segi agama maupun norma-norma sosial lainya.

Sudah banyak contoh kasus yang mencuat ke permukaan publik, salah satunya seperti yang diberitakan oleh kompas.com, Seorang remaja berinisial Ms yang berusia 17 tahun, tersandung kasus kepemilikan narkoba jenis sabu-sabu seberat 26 kilogram di Kabupaten Karimun, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri). 

Berita tersebut sangat disayangkan karena korban pesakitan baru berumur 17 tahun, seharusnya ia berada dibangku sekolah untuk merajut masa depannya. Kejadian ini tentu dipicu oleh lingkungan akibat lengahnya pengawasan dari pihak keluarga.

Ada satu contoh kasus lagi dengan berita yang tidak kalah mengejutkan, Seorang anak punk yang berinisial Is, warga Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga, Jawa Tengah, dikeroyok dan dibakar sekelompok orang. Peristiwa naas itu terjadi di kawasan Bawen, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Sumber

Ini baru dua contoh kasus yang saya angkat, tentunya masih banyak  kasus lainnya yang sudah sering kita dengar sperti,  pergaulan bebas anak dibawah umur, hamil di usia pelajar, dll. Hal itu sama sekali tidak kita harapkan terjadi pada anak kita, saudara, dan bahkan orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun