Mohon tunggu...
KANG NASIR
KANG NASIR Mohon Tunggu... Administrasi - petualang

Orang kampung, tinggal di kampung, ingin seperti orang kota, Yakin bisa...!

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Benarkah Sultan Haji Itu Palsu? (Resensi Buku Syeikh Nawawi Al-Bantani)

15 Juli 2021   23:30 Diperbarui: 15 Juli 2021   23:32 1098
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buku Syaikh Nawawi Al-Bantani. Koleksi Pribadi

Ada yang menarik dalam pembahasan Bab ini yakni tentang keberadaan Sultan Haji. Di tulis dalam buku ini tentang konflik antara Sultan Ageng Tirtayasa dengan anaknya Sultan Haji. Digambarkan bahwa Sultan Ageng Tirtayasa mendambakan anaknya kelak akan menggantikannya sebagai Sultan di Banten bisa seperti Sultan Turki (Sultan Mahmud IV).

Maka dari itu Sultan Haji kemudian diutus untuk belajar Islam ke Mekah /Hijaz  dan mengunjungi Kerajaan Turki. Mengetahui Sultan Haji sedang belajar ke Mekah, pihak Belanda kemudian berupaya untuk menangkap dan memperalat Sultan Haji agar  berbelok membantu misi kompeni dalam menguasai Banten.

Sultan Haji dirayu dan diiming-imingi harta dan Wanita cantik, kompeni mengatakan  akan dipersembahkan asalkan Sultan Haji mau bekerjasama dengan pihak kompeni. Sultan Haji tidak mau, ahirnya ditangkap dan disksa. Meskipun Sultan Haji selalu disksa, tapi tetap tidak mau bekerjasama dengan kompeni, ahirnya Sultan Haji di bunuh.

Pihak kompeni kemudian mencari orang yang mirip dengan Sultan Haji. Setelah menemukan orangnya, didik oleh Belanda berperilaku seperti Sultan Haji, tapi punya sikap bekerjasama dengan kompeni.

Saat Sultan Haji palsu pulang ke Banten, disambut dengan baik dan meriah oleh Sultan Ageng Tirtayasa di Istana Banten. Setelah itu Sultan Ageng Tirtayasa menyerahkan Istana Banten kepada Sultan Haji karena ayahnya berharap nanti Sultan Haji akan menggatikannya sebagai Sultan Banten, sementara pusat pemerintahan di bawah Sultan Ageng Tirtayasa di pindahkan ke Tirtayasa.  

Namun sikap Sultan haji telah berubah,  sudah tidak lagi menuruti kemaun ayahnya, bahkan cenderung membangkang, bahkan Sultan Haji kemudian menyerang Istana di Tirtayasa guna merebut tahta Kesultanan Banten.

Penyerbuan gagal, Sultan Haji ditangkap, ketika akan dihukum, Sultan Haji minta maaf, lantas dimaafkan ayahnya dengan permintaan agar Sultan haji tidak mengulangi perbuatannya, soal tahta Kesultanan, nanti akan diberikan kepada Sultan Haji karena dialah Putra Mahkota.

Namun demikian, Sultan Haji kemudian minta bantuan kompeni untuk menyerang Istana Tirtayasa dan ayahnya untuk yang kedua kali. Ahirnya Sultan Ageng Tirtayasa mengalami kekalahan dan Sultan Ageng Tirtayasa bersama dengan Syeikh Yusuf Makasar (Ulama kepercayaan Sultan) menyingkir dari Tirtayasa.

Setelah itu, Sultan Ageng Tirtayasa menyerbu Istana Tirtayasa yang sudah di kuasai Sultan Haji, namun karena ada bantuan kompeni, pasukan Sultan Ageng Tirtayasa tidak dapat merebut Istana, bahkan mengalami kekalahan, Sultan Ageng Tirtaya, Syeikh Yusuf dan Pangeran Purbaya dapat ditangkap kompeni. (Hal 30-45).

Saya yang membaca buku ini agak heran, bukan soal kronik atau konflik antara Sultan Ageng Tirtayasa dan Sultan Haji, tetapi soal status Sultan Haji yang dikatakan sebagai Sultan Haji palsu, sebab Sultan Haji yang asli dibunuh kompeni.

Sebagai orang Banten yang meyakini tentang kebenaran sejarah,maka saya sangat meragukan kebenaran sejarah tentang status Sultan Haji yang dikatakan sebagai Sultan Haji Palsu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun