Mohon tunggu...
KANG NASIR
KANG NASIR Mohon Tunggu... Administrasi - petualang

Orang kampung, tinggal di kampung, ingin seperti orang kota, Yakin bisa...!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kronik Perjuangan Pemberontakan Cilegon 1888 (Habis)

11 Juli 2021   11:08 Diperbarui: 11 Juli 2021   11:33 341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pengantar :  

Dalam rangka menghormati dan mengenang para pejuang rakyat Cilegon dalam melawan Penjajah Belanda, dimotori oleh para Kyai (Ulama) yang terjadi di Cilegon pada tanggal 9 Juli 1888, saya sajikan tulisan bersambung  yang disarikan dari buku karya Prof. Sartono Kartodirdjo "Pemberontakan Petani Banten 1888".

------------------

Mendapat laporan bahwa pasukan Ki Wasid sudah melintasi Citeurep, Letnan Visser dan pasukannya diperintahkan untuk berangkat ke Sumur melalui daratan dan Kapten Veenhuyzen beserta pasukannya diperintahkan melalui laut untuk tujuan yang sama (Sumur).

Sekenarionya, kedua pasukan ini akan bertemu di Sumur. Namun sehubungan dengan cuaca buruk, pasukan Kapten Veenhuyzen ahirnya kembali ke Citeureup, sementara pasukan Visser juga mengalami kelelahan dan beristirahat di sekitar wilayah Camara.

Dalam waktu yang bersamaan, Jaksa melaporkan bahwa  masyarakat ada yang melihat rombongan dengan pakaian putih putih di  tikungan dekat Camara (Sumur). Dengan adanya laporan tersebut, segera pasukan Kapten Veenhuyzen mengejar dan ahirnya bisa mendeketksi rombongan tersebut dan memastikan bahwa rombongan tersebut adalah pasukan  Ki Wasid. Saat itulah Kapten Veenhuyzen memerintahkan seorang serdadu bernama Neuman  mendekati  para pejuang. Neuman kemudian berseru agar rombongan Ki Wasid  lebih baik menyerah.

Namun permintaan Neuman tidak dipenuhi para pejuang, jawaban yang diberikan justru tembakan yang diarahkan ke arah Neuman. Dengan adanya tembakan dari pasukan Ki Wasid,  Kapten Veenhuyzen dan pasukannya segera menyerang, lima orang dari para pejuang keluar dari persembunyian,  menyerang pasukan tentara kolonial dengan kelewang. Terjadilah pertempuran sengit, para pejuang berusaha memepertahankan diri dan berjuang sampai ahir.

Dalam pertempuran ini, empat orang dari pihak tentara kolonial menjadi korban, sementara  dari pihak  pasukan Ki Wasid  belasan orang meninggal dunia, dua diantaranya jatuh ke sungai, sebagian lagi berhasil lolos.

Hari itu, tanggal 30 Juli 1888,  adalah ahir dari perlawanan Ki Wasid  dan para pejuang Cilegon melawan penjajah Belanda karena pasukan Ki Wasid dapat di patahkan oleh tentara kolonial  dalam kurun waktu kurang sebulan sejak pertama kali meletus pemberontakan di Cilegon ( 9 Juli 1888).

Jam 10 pagi, pasukan tentara kolonial yang  berhasil mengalahkan pasukan induk Ki Wasid, kembali  ke Cilegon dengan membawa 11 orang jenazah pasukan Ki Wasid yang meninggal dunia dalam pertempuran. Setelah di identifikasi, diantara jenazah yang di bawa itu diyakini  sebagai para pejuang yang selama ini di cari cari  yakni  Ki Wasid, H.Tubagus Ismail, H. Abdul gani dan H. Usman. Sementara yang lainnya adalah H. Abdulgani Arjawinangun, H.Khatab (Sempu), H.Jaya (Citangkil), H. Kasan (Sempu), H.Kasan (Kubangwatu), H.Tohar (Mamenngger).

Adapun pasukan yang berhasil lolos diantaranya H. Jafar, H. Arja, H. Saban, Akhmad, Yahya dan Saliman. Namun beberapa waktu kemudian mereka dapat di tangkap. Hal lain yang perlu di  catat  bahwa dalam pertempuran itu, pihak kolonial berhasil  merampas -- Bahasa sekarang mengamankan--- 3 Senapan, 11 Golok, 6 Pedang 3 Badi dan 1 Kujang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun