Mohon tunggu...
KANG NASIR
KANG NASIR Mohon Tunggu... Administrasi - petualang

Orang kampung, tinggal di kampung, ingin seperti orang kota, Yakin bisa...!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kronik Perjuangan Pemberontakan Cilegon 1888 (Bagian 6)

9 Juli 2021   12:45 Diperbarui: 9 Juli 2021   13:00 510
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Situasi Cilegon Saat Penyerbuan Pasukan Ki Wasid 1888 : Foto KITVL

Namun sesampainya di gunung Gede, para pejuang pemberontakan mendengar kabar bahwa pihak kolonial telah membakar kampung kampung dalam upaya mencari mereka. Mendengar kabar tersebut, rombongan merasa was-was, mereka berpendapat jika tetap bertahan di Gunung Gede, besar kemungkinan akan di kepung dan ditangkap atau dibunuh pasukan tentara kolonial.

Atas dasar itulah, maka Ki Wasid dan H.tubagus Ismail sebagai pimpinan, mengambil keputusan untuk mencari daerah baru untuk bertahan. Hari itu tanggal 14 Juli 1888, pasukan Ki Wasid meninggalkan Gunung Gede untuk menuju daerah yang sudah di sepakati. Kali ini jalan yang ditempuh untuk sampai ke daerah tujuan, melalui pesisir hingga ahirnya sampai di muara sungai Krenceng dan bermalam disitu.

Dua hari kemudian, keberadaan pasukan ter-endus pihak kolonial, segera setelah itu, pada tanggal 17 Juli 1888,  tentara kolonial mengirimkan pasukan, namun tempat yang dijadikan untuk bermalam sudah kosong, tentara hanya menemukan beberapa sisa makanan yang ditinggalkan oleh pasukan Ki Wasid.

Rupanya pasukan Ki Wasid sudah berangkat ke daerah yang bakal dijadikan tempat pertahanan yang baru, yakni sekitar  Balegendung  -- Gudang Batu dengan melalui rute Kapudenok, Blokang dan Luwuk.  Tentara kemudian mengirim tentara  ke daerah Mancak setelah mendapat keterangan dari penduduk di Citangkil.

Saat sedang mengadakan pencarian di Mancak inilah, tentara mendapat laporan dari Patih Cilegon dan Pandeglang bahwa tentara sudah mendapat laporan palsu, dikatakan bahwa yang sebenarnya Ki wasid sudah berangkat kearah Gunung Gede, oleh karenanya pencarian harusnya di wilayah itu.

Memang saat itu, penduduk memberitahukan kepada Patih Pandeglang Surawinangun yang kebetulan dalam perjalan menuju Cilegon melalui Medang batu, bahwa Ki Wasid sedang menuju Gunung Gede dan pada saat itu sudah ada di Bojonegara atau  Ciora. 

Oleh karena itu pada tanggal 18 Juli 1888,  dikirim dua detasemen tentara.  Bojonegara di kepung, pasukan yang di pimpin Van Rinsum  mengepung dari arah barat, sedangkan pasukan yang dipimpin Harmes dari sebelah timur. Setelah kedua pasukan itu masuk ke kampung, untuk yang kedua kalinya pihak kolonial kecele lantaran tidak ada tanda tanda adanya Ki Wasid dan H. Tubagus Ismail termasuk pasukan pejuang pemberontakan lainnya.

masjid-beji-asli-60e7e210591cb16a397e4352.jpg
masjid-beji-asli-60e7e210591cb16a397e4352.jpg
Sementara tentara kolonial sedang mengobrak abrik kampung diwilayah utara seperti di Bojonegara, Ciora dan sekitarnya, pasukan Ki Wasid justru sudah sampai di wilayah Bagendung - Gudang batu.

Dipilihnya daerah ini untuk dijadikan tempat pertahanan didasarkan atas pertimbangan bahwa diwilayah ini sejak dahulu banyak penduduk yang berjuang melawan Belanda saat pemberontakan Ki Wakhiya thun 1850 dan wilayah itu meruapakan daerah  H.Tubagus Ismail bermukim.

Harapannya, penduduk disini juga akan mendukung Gerakan Ki Wasid dan H.Tubagus Ismail beserta pasukannya. Namun demikian, ternyata  tidak sesuai dengan harapan lantaran banyak penduduk yang sudah tidak mau lagi ikut dalam perjuangan melawan tentara kolonial. Ini merupakan ekses dari  kekalahan pertempuran di Toyomerto.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun