Mohon tunggu...
KANG NASIR
KANG NASIR Mohon Tunggu... Administrasi - petualang

Orang kampung, tinggal di kampung, ingin seperti orang kota, Yakin bisa...!

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mencari Akar Kemunduran Al-Khairiyah Citangkil (1)

22 Mei 2018   23:24 Diperbarui: 23 Mei 2018   03:57 1249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto, Dok. Sewarga.com

Ketika matahari mulai menampakkan wajahnya diufuk Timur, barisan siswi berkerudung putih, kadang berbarengan dengan siswa berpeci lusuh  berkain sarung, berjalan (kaki) menyusuri rel kereta api dan jalan kampung. Mereka adalah para siswi/siswa atau santri/santriwati yang hendak sekolah ke Madrasah Al-Khairiyah Citangkil.

Pemandangan seperti ini  tak akan ditemui jaman sekarang lantaran  itu terjadi antara tahun enam puluhan  hingga tujuh puluhan silam saat Madrasah Al-Khairiyah sedang mengalami masa keemasan alias masa kejayaan.  Al-Khairiayah merupakan salah satu Lembaga Pendidikan Islam yang menurut Zamksyari Dhofier merupakan salah satu Pusat Pesantren di Jawa pada abad 20.

Al-Khairiayah  didirikan KH (Ki) Syam'un pada tahun 2016 di Kampung Citangkil, Cilegon pada awalnya berbentuk Pesantren yang pengajarannya masih menggunakan sitsem sorogan sebagai ciri has Pendidikan tradisional.   Pada 5 Mei 1925 kemudian berubah menjadi model pendidikan  modern yakni dengan sistem Madrasah dengan nama Madrasah Al-Khairiyah. Al-Khairiyah Citangkil mencapai puncaknya hingga pertengahan tahun tujuh puluhan, adapun setelah itu, bisa dibilang Al-Khairiyah Citangkil  mengalami kemunduran.

Ki Syam'un adalah cucu Ki Wasid,  tokoh pemberontakan yang terkenal di Banten pada abad 19 yakni Pemberontakan Geger Cilegon atau Pemberontakan Petani Banten 1888 sebagaimana telah dibukukan oleh Sartono Kartodirjo. Ia bukan hanya seorang Ulama, tapi juga seorang militer  sekaligus Bupati.

Brigjend. Ki Syam'un, pendiri Al-Khairiyah Citangkil, foto www.intelijen.co.id.
Brigjend. Ki Syam'un, pendiri Al-Khairiyah Citangkil, foto www.intelijen.co.id.
Karir militernya dimulai pada zaman jepang ia adalah Dai Dan Tyo PETA, setelah merdeka, ia sebagai Komandan TKR kemudian menjadi Komandan Divisi 1 Siliwangi dengan pangkat Kolonel. Berbarengan dengan itu, diangkat menjadi Bupati Serang dan tercatat sebagai Bupati Serang yang pertama pasca Kemerdekaan menggantikan Bupati Hilman Jayadiningrat yang didaulat rakyat. Ki Syam'un   meninggal dunia pada saat gerilya menghadapi Agresi Belanda pada tahun 1948, karena jasa jasanya diberikan pangkat anumerta Birigadir Jendral dimakamkan di kampung Kamasan Kab.Serang.

Dalam konteks sosiologis, kejayaan Al-Khairiyah dipengaruhi oleh adanya peran sentral dari para pengasuh yang disebut Kyai. Kyai atau dalam bahasa yang lebih umum disebut ulama, mempunyai peran setrategis dalam pengembangan Pendidikan Islam baik yang tradisional maupun yang modern.

Seperti ditulis oleh Zamaksyari Dhofier, kedudukan Kyai dalam struktur masyarakat dianggap punya status yang tinggi, bahkan oleh banyak kalangan Kyai dipandang sebagai simbul prestise social. Dalam konteks relasi sosial, Kyai punya jaringan atau hubungan yang amat luas, tidak terbatas pada geografis dimana kyai itu bertempat tinggal.  Relasi seperti ini bisa dilacak dari adanya hubungan yang sangat erat (nasab). Nasab bisa karena factor hubungan keilmuan maupun geneologis.

Hubungan keilmuan, sebagaimana saya maksud adalah dipengaruhi oleh satu nasab yang sama dalam mempelajari Ilmu Agama, misalnya beberapa kyai dalam mempelajari Ilmu Agama, berguru kepada seorang Ulama yang sama. Jika ini yang terjadi, meski kyai itu tersebar di beberapa daerah, tetap mempunyai hubungan yang erat dan dijadikan sebagai silsilah keguruan hingga turun temurun kepada murid murid dari para kyai itu.

Adapun  hubungan geneologis bisa karena  keturunan langsung atau karena hubungan kekerabatan. Hubungan kekerabatan  terjadi manakala seorang kiyai kemudian berbesan dengan Kyai yang lain, baik didaerahnya sendiri maupun dengan kyai yang diluar daerah. Hubungan geneologis ini, bisa juga karena factor guru dan murid, tidak sedikit seorang murid kemudian dijadikan menantu oleh gurunya.

Adanya relasi dalam konteks kepemimpinan Kyai, telah menunjukkan sebuah model kepempinan yang disebut  kepemimpinan Kharismatik. Seorang guru ditempatkan sebagai seorang yang punya kharisma, bahkan bisa dianggap sebagai seorang wali yang punya kekuatan lebih bukan hanya  penguasaan ilmu agamanya tapi juga berkaitan dengan karomah, oleh karena itu, seorang murid atau masyarakat akan selalu taat dan tunduk terhadap ajaran yang diberikan oleh gurunya ( Kyai).

Harus diingat bahwa Madrasah Al-Khairiyah bisa berkembang dan mempunyai cabang Madrasah dihampir seluruh penjuru Banten bahkan hingga ke Jakarta dan Lampung  dipengaruhi oleh factor nasab tadi, baik yang berkaitan dengan nasab keilmuan maupun geneologis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun