Mohon tunggu...
KANG NASIR
KANG NASIR Mohon Tunggu... Administrasi - petualang

Orang kampung, tinggal di kampung, ingin seperti orang kota, Yakin bisa...!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bermain-main dengan Adzan, Ini Akibatnya!

7 April 2018   09:20 Diperbarui: 7 April 2018   10:17 566
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sukmawati mencium tangan KH. Ma'ruf Amin, foto Global Moslem

" Jangan main main dengan azan", begitu nasihat guru ngaji saya waktu  masih kecil.

Belakangan saya mengerti akan arti nasihat itu, sebab ternyata yang namanya azan, bukan hanya sekedar mengalunkan suara, tetapi didalamnya ada nilai nilai tentang pokok pokok keimanan dan seruan mengagungkan sang pencipta alam.

Diawali dengan kalimat takbir Allahu Akbar, ada tersirat bahwa manusia tidak ada apa apanya, Allahlah yang Maha Besar, tidak ada pembanding untuk itu.

Azan juga mengandung pengakuan  tentang keimanan sekaligus sumpah dari seorang hamba bahwa tidak ada Tuhan yang patut disembah kecuali Allah, dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah.

Didalam azan itu pula ada seruan kepada hamba yang mengakui Allah sebagai Tuhan untuk menegakkan kemenangan dan menegakkan sholat. Setelah  mengakui tentang keimanan itu, diahir azan itu diyakinkan kembali dengan seruan bahwa Allah Maha Besar, Tidak ada Tuhan selain Allah.

Jadi intinya, Azan merupakan sebuah seruan yang sakral kepada hamba Allah untuk menjaga keteguhan iman islam, tidak bisa disamakan atau dibandingkan dengan  apapun. Maka dari jangan main main dengan azan, jika ada orang yang berani bermain main dengan azan, maka akan menanggung akibatnya.

Dulu, ketika Indonesia masih dalam cengkraman Belanda, seorang pejabat Belanda bernama Gubbels yang menjabat sebagai assisten Residen di Cilegon, telah melarang penduduk untuk mengalunkan azan dari atas menara yang terbuat dari bambu setinggi 10 meter serta melarang penduduk untuk mengadakan zikir.

Larangan Gubbels yang disampaikan oleh Patih Raden Penna telah membuat penduduk marah, apalagi  Raden Pena mengeluarkan kata kata yang menyinggung perasaan umat Islam dengan mengatakan bahwa Ibadah sembahyang itu tidak perlu dengan suara yang keras karena disamping mengganggu tetangga, tetapi juga karena Tuhan itu tidak tuli.

Peristiwa ini merupakan salah satu alasan pemicu mengapa orang Cilegon kemudian memberontak pada tahun 1888 sebagaimana dikisahkan Sartono Kartodirdjo dalam bukunya Pemberontakan Petani Banten 1888 yang merupakan disertasi untuk meraih gelar doktor di Universitas Amesterdam Belanda.

Pemberontakan yang dimotori para kyai seperti Ki Wasid, Ki Marjuki, H.Tubagus Ismail, Ki Arsad Thowil dan lainnya, telah mengagetkan Belanda di Banten dan Batavia karena telah membunuh 17 orang pejabat Cilegon termasuk keluarga asisten Residen Gubbels.

130 tahun kemudian, setelah Indonesia merdeka, dikala Indonesia dipimpin oleh yang terhormat Bapak Joko Widodo sebagai Presiden Republik Indonesia,  terjadi lagi huru hara akibat sebuah puisi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun