Mohon tunggu...
Moch. Marsa Taufiqurrohman
Moch. Marsa Taufiqurrohman Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Hukum (yang nggak nulis tentang hukum)

Seorang anak yang lahir sebagai kado terindah untuk ulangtahun ke-23 Ibundanya.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Ternyata Rupiah Juga Bisa Bikin Baper

19 Juli 2019   17:56 Diperbarui: 19 Juli 2019   18:14 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat itu saya sedang berwisata ke Bali, tidak sah rasanya berwisata tanpa membawa oleh-oleh khas lokal untuk dibawa pulang, saya pun bergegas menuju tempat dimana tour guide saya menyarankan. Sembari melihat-lihat dagangan yang dipajang, mata saya tertuju pada seorang 'bule' yang memilah-milih cinderamata, tak lama kemudian dia pun mengeluarkan selembar dollar untuk membelinya.

Karena belum menemukan barang yang cocok untuk dibeli, saya pun melanjutkan berjalan melihat dan mencari barang yang pas di hati. Tak sengaja saya bertemu lagi dengan 'bule' yang membeli cinderamata dengan dollar juga. Melihat dua kejadian ini membuat saya baper, bawa perasaan.

Sepulang dari Bali, seperti biasa di awal bulan saya rutin mengunjungi bank untuk menabungkan uang yang saya kumpulkan selama sebulan. Tibalah giliran nomor antrean saya, sembari menunggu teller bank memproses, saya melirik ke teller sebelah, melihat seorang laki-laki setengah baya juga menabung. Iseng-iseng mengintip uang yang disetorkan, ternyata dia menyetorkan uang dollar. Disini saya kembali baper, bawa perasaaan.

Kejadian berlanjut di sebuah kantin kampus, di saat sedang mengantri membayar makanan yang saya pesan, posisi saya saat itu berada di belakang seorang mahasiswi yang mengeluarkan uang dari dompetmya untuk membayar. 

Sembari dia mengeluarkan lembar Rupiah, terjatuhlah beberapa koin Rupiah nominal 200 Rupiah dan 500 Rupiah, spontan saya menegur "mbak, uangnya jatuh", namun tak dihiraukan, seakan-akan malu untuk memungutnya, mungkin karena hanya sejumlah 700 Rupiah saja. Dia pun meninggalkan tempat itu, saya pun memungut uang recehan tersebut untuk dimasukkan ke dalam dompet. Lagi-lagi saya merasa baper, bawa perasaan.

Melihat dari 3 peristiwa yang membuat saya baper tersebut, saya pun merenung. Flashback pada peristiwa yang pertama, saya membandingkan dan sedikit berpikir bahwa Bali merupakan wilayah teritorial Negara Kesatuan Republik Indonesia. Ketika kita ke luar negeri kita diwajibkan membayar dengan mata uang negara setempat, namun di negeri sendiri, kita justru lebih senang saat dibayar dengan dollar.

Peristiwa yang kedua pun begitu, kenapa sih tidak menabung menggunakan Rupiah saja, padahal Rupiah merupakan mata uang kebanggaan kita. Tak jauh berbeda dengan peristiwa yang ketiga, sesuatu yang ngakunya dibanggakan, justru dibuang-buang.

Dan kalian pasti sering melihat brosur-brosur, atau iklan jasa travel yang mencantumkan nominal dollar, padahal jelas konsumen mereka adalah orang Indonesia dan mereka menjual jasa di wilayah Indonesia. Baper nggak sih?.

 Tak jarang pula saya melihat lembar Rupiah yang bertuliskan coretan nomor handphone, lembar yang sobek, lusuh, dan banyak lagi peristiwa yang saya alami, yang membuat saya baper karena Rupiah.

Renungan saya tak berhenti sampai disitu, hati dan logika pun saling berdiskusi, hingga akhirnya munculah keinginan untuk mengajak diri saya dan orang-orang sekitar agar mulai mencintai Rupiah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun