Kertas Tetap Unggul
Namun yang abadi di dunia ini adalah perubahan, dan yang dianggap jaya tak akan selalu jaya. Mei 2017 lalu menjadi salah satu sejarah yang memilukan bagi peradaban teknologi dan bagi mereka yang mendewakan teknologi. Kemajuan teknologi yang tak lain adalah seorang ibu yang melahirkan gelar huruf "e" tersebut disalahgunakan dan penyalahgunaannya dianggap halal untuk memenuhi kebutuhan materi.Â
Serangan siber skala besar, virus wannacry menginfeksi 75.000 komputer di 99 negara dan menuntut pembayaran penebusan untuk memulihkan data seperti sedia kala. Jutaan data hilang, kegiatan perkantoran, dan pelayanan publik terlumpuhkan.
Melihat dan berkaca dari kejadian tersebut, manusia kini sadar dan seakan menelan ludah sendiri setelah meremehkan kertas. Kejadian tersebut membuktikan bahwa mereka tetap butuh data yang bentuknya kongkrit dan tertulis, membuktikan bahwa kertas tetap berperan penting dalam peradaban. Banyak akhirnya instansi-instansi yang menggunakan teknologi untuk menyimpan data, kini kembali menggunakan sistem manual tertulis dalam kertas sebagai cadangan data mereka.
Euforia citizen journalism yang santer berperan menyebarluaskan berita di media sosial, kini harus ternodai dengan maraknya berita-berita hoax yang dibuat oleh mereka sendiri. Hal tersebut membuktikan bahwa kertas adalah media yang paling bertanggung jawab.
Melihat dari pengalaman penulis di sebuah kampus negeri di Jawa Timur, ketika itu kampus tersebut memperkenalkan sistem penilaian berbasis online, dengan tujuan supaya lebih praktis dan cepat.Â
Ternyata di tengah euforia terhadap penggunan kemajuan teknologi, munculah oknum mahasiswa nakal yang sengaja meretas sistem guna menaikkan nilai dirinya dan teman-tamannya, yang selanjutnya keberhasilan peretasan nilai tersebut dikembangkan menjadi jual beli nilai retasan.Â
Menindaklanjuti hal tersebut pihak kampus pun membuat kebijakan baru untuk kembali menerbitkan nilai dalam bentuk kongkrit secara tertulis, sebagai legalitas dari nilai yang tertera pada sistem online. Hal ini membuktikan bahwa kertas tidak kehilangan taji, masih bertahan dan akan selalu bertahan dalam peradaban.
Menelisik kembali sejarah penemuan kertas oleh Ts'ai Lun dari China, yang mengantarkannya sebagai 7 dari 100 orang paling berpengaruh di dunia versi Michael H. Hart. Sebab Ts'ai Lun dengan kertas temuannya peradaban China menjadi peradaban paling maju di dunia kala itu, karena takjubnya dunia akan penemuan Ts'ai Lun tersebut. Berkat kertas yang ditemukannya peradaban modern manusia terbangun hingga hari ini dengan kemajuan yang sangat pesat.
Berkembangnya ilmu pengetahuan tak lain disebabkan oleh adanya kertas. Thomas Stamford Raffles misalnya, seorang pemimpin yang juga pembelajar. Berkat catatan-catatan yang berisi penemuan-penemuan dalam eksplorasinya di pulau jawa yang dituliskan pada kertas memberikan sumbangsih pada kemajuan ilmu botani.Â
Dan banyak lagi ilmuan yang mengubah peradaban dunia dengan tulisannya dalam kertas, termasuk cendekiawan muslim Al Khawarizmi penemu aljabar dan angka nol yang tak lain juga terbantu dengan hadirnya kertas.