Mohon tunggu...
Cahya Sinda
Cahya Sinda Mohon Tunggu... -

Sastra

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Cinta dan Pengorbanan (18+)

8 November 2018   15:01 Diperbarui: 11 November 2018   14:20 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cinta memang perlu pengorbanan, sedangkan yang lain mengatakan bahwa cinta tidak perlu pengorbanan. Orang yang menyebut dirinya bijak mengatakan, "terserah bagaimana orang menilainya, biarkan mereka memilih yang menurut meraka benar, karena memang keduanya tidak bisa dikatakan benar-benar salah."

Mereka yang sedang menjalani kisah cinta asmara mengatakan "segalanya telah aku korbankan demi dirimu. Semua ini aku lakukan karena aku mencintaimu." Kalimat seperti itu adalah kalimat yang sering orang katakan saat berkeluh dengan cinta, ketika mereka diambang keputusasaan. Kalimat itu seperti senjata pamungkas untuk menuntut harga diri lawan bicaranya. 

Seperti, "apakah setelah semua yang aku lakukan ini kamu masih bisa mengacuhkanku begitu saja?" ini adalah versi keputusasaan. Versi yang secara tidak langsung mengatakan bahwa cinta sangat menyakitkan. Pada versi ini suasana yang akan diberikan adalah kesedihan, air mata, penyesalan, menyerah, jahat, dendam, dan hal lain yang menyakitkan. Tapi yang terpenting dari semua itu adalah bahwa versi ini mengatakan sekaligus membuktikan bahwa cinta memerlukan pengobanan.

Versi selanjutnya adalah jalinan cinta yang romantis. Ada yang mengatakan "aku rela mengorbankan segalanya demi dirimu. Semua ini karena aku mencintaimu." Mereka akan mengatakan ini dengan suasana yang cukup intim seakan dunia hanya di isi oleh mereka dan pasanganya. Sikap romantis yang lebih haru akan memunculkan kata-kata seperti, "pengorbanan ini biarlah aku nikmati sendiri, selama dia bisa bahagia, pengorbananku tidak akan pernah sia-sia." Kalimat ini terdengar seperti tokoh utama yang berperan sebagai pahlawan cinta yang merelakan pasangannya bahagia sekalipun tidak bersama dengannya. Singkatnya adalah cinta sepihak. Jadi, versi ini ikut andil dalam mebuktikan bahwa cinta perlu pengorbanan.

Versi yang terakhir adalah orang-orang yang mengeluh dan menuntut imbalan karena cintanya. Seperti "semua sudah aku korbankan, tapi lihat bagaimana dia membalas pengorbananku?" atau "harus berkorban apalagi agar dia bisa mengerti aku?" atau masih banyak lagi. Mereka yang menyebut pengorbanan versi ini adalah mereka yang merasa tidak mendapatkan apa yang mereka inginkan dari pasangannya. Sekali lagi versi ini menambahkan bukti bahwa cinta memang perlu pengorbanan.

Namun dengan semua versi-versi itu sebagai bukti, orang-orang yang mengatakan cinta tidak perlu pengorbanan dengan yakin membantahnya. Mereka mengatakan "cinta tidak pernah meminta orang untuk berkorban." "bila memang karena cinta, tidak akan ada rasa berkorban untuk segalanya, karena segalanya itu dilakukan karena rasa cinta.""jika memang merasa berkorban karena cinta, maka itu bukan lagi cinta tapi adalah hal yang lain." Siapa yang menyangka bentuk keromantisan pengorbanan dipatahkan oleh orang-orang ini. Tentu sangat masuk akal ketika cinta memang tidak perlu pengorbanan. Bila memang benar-benar mencintai tidak akan ada rasa pengorbanan. Tidak akan ada waktu yang sia-sia atau bahkan hal yang disia-siakan. Karena jika mereka yang menyebut dirinya saling mencintai kemudian saling merasa berkorban artinya cinta sudah hilang di antara mereka. Dengan pendapat ini maka cinta yang perlu pengorbanan telah dipatahkan. Sehingga menguatkan pendapat bahwa cinta tidak perlu pengorbanan

Sekalipun demikian akan terasa hambar jika kita menuruti perkataan orang-orang yang menyebut dirinya bijak dengan mengikuti salah satu pendapat yang diyakini. Sebagai manusia, benar-benar tidak boleh seenaknya memilih dan ketika pilhannya tidak lagi dirasa sesuai dengan dirinya kembali memlilih hal yang lain. Maka dari keduanya harus benar-benar dipilih mana yang benar.

Lebih tepat adalah cinta tidak butuh pengorbanan namun kita tidak dapat meningalkan pendapat melalui versi-versi cinta perlu pengorbaan. Jika pendapat itu disepurnakan adalah menjadi cinta tidak perlu pengorbanan, karena dengan cinta pengorbanan bukan lagi hal yang penting, sekalipun pengorbanan itu dilakukan ataupun tidak dilakukan. Pada pendapat ini meniadakan pengorbanan dalam cinta, namun segala pengorbanan yang mungkin dilakukan tidak lagi menjadi permasalahan bahkan bukan lagi dianggap sebagai pengorbanan, melainkan itu adalah cinta dan kebahagiaan. Jika mereka yang masih saja berkeluh tentang pengorbanan  maka itu bukanlah cinta, itu adalah hal yang lain yang memang ingin mereka dapatkan. Bukan untuk cinta tapi untuk keinginan. dengan merasa berkorban, itu bukanlah cinta.

"Cinta itu harus tulus. Tulus dari hati kamu untuk pasangan kamu."

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun