Mohon tunggu...
Mochammad Zulfikri
Mochammad Zulfikri Mohon Tunggu... -

Seorang Anak muda yang sedang menekuni usaha dibidang Leather Merchandise @watonmerch, dan sedang mempersiapkan diri untuk melanjutkan studi S2 di UK

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Jogja Rawan “Klitih”, Siapa yang Salah?

15 Oktober 2014   14:15 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:57 372
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Akhir-akhir ini mencuak kembali fenomena Klitih yang sangat meresahkan masyarakat Jogja. Beberapa waktu yang lalu saya mendapatkan BC dari salah satu teman saya yang isinya kurang lebih untuk lebih berhati-hati dan waspada terhadap situasi jogja yang tidak nyaman khususnya dimalam hari, dan dianjurkan untuk tidak keluar malam hari sendirian pukul 21.00 keatas.

Yang lebih parah lagi, memang sudah ada beberapa yang menjadi korban. Ketika mencoba sharing ke beberapa teman saya mengenai fenomena ini, dari cerita mereka teman mereka pun yang menjadi korban, ada yang terkena sabetan sejenis pedang seusai acara didaerah tembi adapula yang dibuntuti beberapa motor yang bergerombol.

Istilah nglitih itu sendiri salah satu bentuk anarkisme oleh remaja jogja yang sudah ada sejak tahun 90an dan bersifat turun temurun, dan mencari korban berdasarkan target anak sekolah, dikutip dari akun twitter @Jogja_Uncover

Lantas kemanakah Jogja yang berbudaya dan terisitimewa yang selalu kita banggakan dan cintai ini, jika dirusak oleh kelompok tertentu yang tidak bertanggung jawab.

Jika kita lihat kejadian ini, lantas kita mau menyalahkan siapa? Apakah aparat dari kepolisian? Pastinya dari pihak kepolisian juga telah mengantisipasi hal ini, baik dari patroli maupun intelejen yang disebar dimana-mana. Apakah pula ada kesalahan pendidikan terhadap pelajar saat ini. Sebenernya jika kita lihat saat ini budaya kongkow-kongkow atau nongkrong telah menjamur disebagian kita, tidak hanya usia pelajar bahkan orang tua pun juga ada. Bukan berarti ini hal yang salah, namun banyak diantara kelompok tertentu yang menyalah artikan hal ini.

Jika kita ini anggap suatu hal yang positif, maka ini akan menjadi hal yang positif pula, contohnya disaat kongkow sembari diisi saling sharing pengalaman,diskusi mengenai hobi, pendidikan dan lainlain yang sekira justru mendapatkan manfaat yang banyak, namun yang mengerikan ketika kongkow ini justru dijadikan adu strategi, adu domba untuk menyerah musuh ataupun hal-hal yang dapat merampas hak orang dan merugikan orang lain. Ini memang sangatmiris, tapi memang realita saat ini seperti ini, begitu mudah membawa senjata tajam untuk melukai orang, apakah ini hal turun-temurun yang menjadikan dendam berkelanjutan terhadapmusuh, kelompok ataupun orang yang tak disukainya.

Saat ini tidak hanya musuh atau kelompok lain saja yang menjadi sasaran mereka, namun warga sipil pun juga, demi terciptanya suasana Jogja yang nyaman, mari sebagai masyarakat jogja untuk segera melaporkan indikasi kriminal ke aparat yang bertugas atau pihak kepolisian untk mengantisipasi korban yang makin banyak.

Khususnya untuk perempuan untuk lebih berhati-hati ketika keluar sendirian, khususnya dimalam hari, berhati-hati pula jambret dan curanmor yang memanfaatkan fenomena klitih untuk menakuti korban agar tidak melawan. dan yang terpenting jangan lupa untuk selalu meminta perlindungan kepada Tuhan Yang Maha Esa dimanapun berapa.

Kita ingin Jogja Aman Nyaman dan terus Istimewa. #ciptakanJogjaAman #saveYogyakarta

Berikut beberapa capture gambar

1413331850101881926
1413331850101881926
14133319261309607757
14133319261309607757

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun