Mohon tunggu...
Mochammad Ronaldy Aji Saputra
Mochammad Ronaldy Aji Saputra Mohon Tunggu... Guru - Pelajar Sepanjang Hayat

Guru Sejarah MAN 2 Kota Malang Anggota Pergunu (Persatuan Guru Nahdlatul Ulama) Sidoarjo

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

"Urip Iku Urup", Ketika Negeri Berkabung Duka

24 Januari 2021   06:01 Diperbarui: 24 Januari 2021   06:51 1021
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto rumah warga di Kecamatan Malunda, Kabupaten Majene, Sulawesi Barat, rata dengan tanah usai diguncang gempabumi magnitudo 6.2, Jumat (15/1/21) pukul 02.30 Wita dini hari. Foto: www.tribunnews.com

Pada awal tahun 2021 Pandemi Covid 19 masih belum berakhir dan tingkat penyebarannya meningkat. Negeri kita berkabung duka oleh peristiwa jatuhnya Sriwijaya Air, Banjir di Kalimantan, Gempa di Sulawesi Selatan, Erupsi Gunung Semeru dan banyaknya ulama sebagai pemersatu bangsa yang telah wafat.

Negeri berkabung duka bukan menjadikan masyarakat pasrah dan mati menghadapi keadaan tersebut, melainkan harus bangkit dan tetap semangat untuk menjadikan bermanfaat bagi seluruh umat manusia. Para leluhur yang telah mendahului kita telah mengajarkan sebuah falsafah yaitu "urip iku urup" yang artinya hidup itu menyala.

Ilustrasi api yang selalu menerangi kegelapan. Foto: maulanusantara.wordpress.com
Ilustrasi api yang selalu menerangi kegelapan. Foto: maulanusantara.wordpress.com
Urip iku urup yang berarti hidup itu menyala artinya hidup itu seperti layaknya api yang bisa menerangi ketika pada saat gelap. Begitu juga bisa membakar dan memusnahkan apa yang ada di sekelilingnya.

Api yang senantiasa menerangi kegelapan ibarat dalam kehidupan selalu memberikan manfaat kebaikan bagi orang lain. Manusia dilahirkan untuk saling tolong menolong, saling membantu, dan saling memberi. Seorang ibu mengeluarkan jabang bayi anaknya dengan tolong menolong kemudian dibantu oleh bidan dan diberikan ASI, ini merupakan wujud bahwa kita dilahirkan untuk saling tolong menolong, saling membantu, dan saling memberi. Dengan demikian manusia seyogyanya memiliki sifat seperti layaknya api yang senantiasa menerangi kegelapan.

Api juga bisa membakar dan memusnahkan ibarat dalam kehidupan manusia juga memberikan kerugian, menebar kebencian dan bahkan saling membunuh. Api inilah yang seyogyanya jangan sampai terjadi.

Di dunia modern ini falsafah urip iku urup yang telah diajarkan oleh para leluhur bukan untuk ditinggalkan, tetapi dunia modern ini justru memberikan sebuah nilai-nilai yang sangat penting sekali dalam kehidupan yaitu kearifan dan kebijaksanaan.

Pada saat ini kita bisa mengambil sebuah pelajaran dari falsafah urip iku urup ketika negeri kita berkabung duka. Pandemi penyakit, bencana alam dan banyaknya ulama yang telah wafat itu bukan karena negeri kita dihukum, melainkan musibah dari Allah agar menjadikan sebuah pelajaran. Dalam menyikapi itu kita harus bersikap seperti api yang menebarkan kebaikan dan manfaat bukan menjadi api yang menebarkan kebencian dan kerusakan seperti halnya membawakan berita-berita bohong.

Falsafah urip iku urup tidak hanya menjadi sebuah ilmu pengetahuan, melainkan juga sebagai pengamalan. Dalam Serat Wulangreh karangan Pakbuwono IV menyatakan "ngelmu iku kelakone kanthi laku" yaitu ilmu itu dipelajari hingga diamalkan. Sejalan juga dengan pepatah Arab menyatakan " al-'ilmu bila'amalin kasyajaratin bila tsamarin" yang artinya Ilmu tanpa amal ibarat pohon tak berbuah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun