Mohon tunggu...
Mochammad Bayu Tjahyono
Mochammad Bayu Tjahyono Mohon Tunggu... Akuntan - -

Seorang Pegawai Direktorat Jenderal Pajak

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hening Bukan Berarti Diam

27 September 2019   08:27 Diperbarui: 27 September 2019   08:32 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Banyak di antara kita penulis yang sebenarnya tidak pandai bercerita di depan banyak orang atau mengungkapkan materi yang ia tulis di depan masyarakat. Bukan berarti tulisan kita yang jelek namun banyak yang merasa tidak menguasai teknik bicara di depan umum. 

Sebagian dari penulis itu lebih memilih menjadi penulis hening, yaitu seseorang yang mengungkapkan apa yang ada di otaknya ke dalam tulisan, meskipun begitu ada banyak yang mampu berbicara dengan baik di depan umum.

Itu sedikit unek-unek dari penulis yang karyanya sudah tidak diragukan lagi, bahkan menjadi langganan media. Mungkin penulis cerpen, penulis ilmiah, atau penulis kolom di media cetak maupun media elektronik. Ada beberapa orang yang merupakan tipe penulis penyendiri dan tidak suka publikasi. 

Ia hanya ingin mengutarakan isi hatinya melalui tulisan, bahkan suka memublikasikan tulisannya bukan dirinya. Ia tidak suka menunjukkan dirinya, bahkan hanya diberikan inisial saja atas karyanya. 

Sang penulis tidak mau orang tahu siapa ia atau kehidupan pribadinya terpublikasi. Saya? Saya mungkin dalam kategori tengah, saya termasuk orang yang tidak mau kehidupan pribadi saya terpublikasi.

Jadi teringat Presiden Joko Widodo kala memanggil masyarakat untuk membaca pancasila, hal yang mudah namun jadi berantakan apabila dilakukan di depan umum. 

Entah sudah berapa kali saya ditawarkan untuk mengisi seminar dan talkshow kepenulisan. Sesuatau yang sudah saya susun kadang menjadi berantakan kala harus di depan umum, mungkin saya bisa menekan gemetar tubuh namun saya tidak bisa menghilangkan nervous.

Demam Panggung

Meski termasuk senang bercerita, namun setiap kali tawaran itu datang, saya selalu gemetaran duluan. Lalu kemudian bingung, nanti mau ngomong apa ya? Sering saya coba menata dengan baik apa yang akan saya sampaikan namun semua jadi berantakan kala harus di panggung. 

Banyak yang menasihati saya untuk berlatih di depan cermin, "Ayo latihan bicara di depan panggung. Mula-mula ke kampus dulu, yang penting kan latihannya itu. 

Nanti kalau sudah berani dan pandai bicara, pasti banyak yang manggil kamu untuk jadi pembicara. Saya dulu juga seperti kamu, pemalu. Saya latihan dengan cara begitu, sekarang jadi terbiasa." Itu salah satu nasihat yang saya terima.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun