Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Laki-laki yang Diam

20 Maret 2017   12:33 Diperbarui: 20 Maret 2017   12:53 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Laki-laki itu tak mengeluarkan kata apa pun.  Kemarahan yang begitu tebal membakar sorot matanya.  Sorot mata itu benar benar dipenuhi sinar kebencian yang tak mungkin dipadamkan.

Laki itu berdiri terpaku.

Perempuan itu menangis di sampingnya.  Meminta maaf dengan air mata yang terus mengalir.  Tak ada suara apa pun dari perempuan itu.  Tangan perempuan itu memegang lengan laki-laki yang sorot matanya lurus ke depan.

"Tak perlu ada cerita lagi," kata laki-laki itu dalam hati.

Perempuan itu jelas tak mendengarnya.  Karena laki-laki itu memang sudah kehabisan kata-kata.

Angin bertiup kencang.  Beberapa daun terlepas dari dahan.  Meliuk-liuk terjerembab pada liukan terakhir.  Dan laki-laki itu masih mematung.  Dengan lengan yang juga masih diopegang erat oleh perempuan yang masih menangis.

Beberapa kali petir memakakan telinga.  Lalu, senyap tiba-tiba.

Laki-laki itu ingin melangkah.  Tapi juga tak ingin melangkah.  Ada pilihan yang belum tuntas.  Laki-laki itu bimbang.  Menyelesaikan segala urusan atau meninggalkan segalanya tanpa peduli.  

Laki-laki itu masih belum bicara.  Dan perempuan di sampingnya masih belum menuntaskan air matanya.

"Kita harus tuntaskan!" kata laki-laki itu dalam hati.

"Kita tinggalkan saja semua!" kata hati lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun