Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Beban Kerja Guru

14 Mei 2010   10:25 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:13 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Harapan masyarakat terhadap pendidikan sangatlah tinggi.  Bahkan seperti sesuatu yang mustahil untuk dilakukan.  Akhirnya, masyarakat sendiri yang kecewa dengan produk pendidikan yang ada.

Guru jelas memiliki peran penting dalam pendidikan.  Bahkan guru sering dituduh sebagai satu-satunya aktor yang harus bertanggung jawab ketika terjadi kegagalan dalam dunia pendidikan (kalau berhasil, pemerintah atau pemda yang mendaulat dirinya).

Jika guru hanya menangani beberapa anak mungkin tak akan terjadi salah kelola.  Tapi kalau guru harus dibebani mengajar sebanyak 24 jam mengajar, yang berarti mengajar 12 kelas bagi guru yang 2 jam pelajaran, berarti pula harus memahami 40 anak kali 12 kelas (berapa tuh!).  Mungkinkah guru dapat memahami karakter tiap individu anak yang unik?

Tak.  Tak mungkin.  Bahkan untuk sekedar hafal namanya saja sering salah.  Bagaimana mungkin mengenal secara pribadi dan mengembangkan keunikannya?

Mungkin perlu dipikirkan lagi jumlah beban jam mengajar guru.  Tujuannya tentu agar guru dapat mengenal setiap individu siswanya dan lebih lanjut mengembangkan mereka sesuatu dengan karakter masing-masing.  Mungkinkah?

Harus.  Guru juga manusia?  Kalau terlalu capai pasti emosi bakal tak stabil.  Ini kan tak akan kondusif untyuk suanana pembelajaran.

Tulisan ini terkesan membela diri.  Ya.  betul.  Tujuannya semata-mata untuk perbaikan pendidikan kita.

Dan mohon maaf juga.  Orangtua juga jangan terlalu pasrah pada sekolah ya.  Apa-apa diserahkan ke sekolah.  Seakan-akan kalau sudah sekolah, tugas pendidikan orangtua sudah selesai.  Tinggal marah-marah kalau ada apa-apa di sekolah.

Mari kita pikirkan bersama.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun