Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Tak Ada Rokok Batangan

29 Desember 2022   05:07 Diperbarui: 29 Desember 2022   05:16 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Udah rakyatnya miskin, beli rokok batangan saja tak boleh. Pemerintah zalim. 

Kritik tersebut dilayangkan oleh seorang politisi menanggapi upaya pemerintah untuk meminimalisir akibat negatif yang lumayan memprihatinkan akibat konsumsi rokok yang tinggi oleh masyarakat. 

Selama ini Indonesia memang dikenal sebagai negara yang terlalu bebas dalam pengendalian rokok. Bahkan anak anak pun bisa secara bebas mengkonsumsi rokok karena rokok dijual bebas. 

Warung warung kecil sendiri sering merasa bahwa keuntungan menjual rokok menjadi keuntungan terbesar dari aneka barang yang dijualnya selama ini. Warung kecil sering tak peduli usia pembeli rokok yang dijualnya. 

Anak sekolah sudah terbiasa melihat orang merokok dengan bebas, akhirnya ikut ikutan merokok. Rokok bagi mereka bahkan sering diidentikkan dengan kejantanan sebagaimana iklan rokok yang sampai kepada mereka. 

Pemerhati kesehatan sendiri sudah cukup lama mengimbau pemerintah agar melakukan pembatasan yang lebih ketat terhadap konsumsi rokok. Selama ini, ongkos kesehatan paling besar adalah pengobatan penyakit yang diakibatkan oleh rokok, baik langsung maupun tidak langsung. 

Hanya saja, beberapa orang miskin terkadang mengandalkan rokok sebagai kebahagiaan. Upaya pemerintah untuk mengendalikan rokok demi kesehatan sering disalahartikan sebagai penzoliman pemerintah karena mencabut kebahagiaan tersebut. 

Orang miskin pula yang dalam pengaturan ekonomi keluarga tidak adil. Seorang bapak lebih senang membelanjakan uangnya untuk membeli rokok daripada untuk nembeli makanan sehat anak anaknya. Apalagi untuk sekolah anaknya. 

Politikus tersebut, anehnya, mempolitisir kebijakan pemerintah yang akan segera membatasi penjualan rokok batangan sebagai penzaliman. Mereka, para politisasi busuk tersebut, memanfaatkan kekirangtahuan masyarakat terhadap dampak kesehatan rokok yang cukup memprihatinkan. 

Pemerintah berkewajiban meningkatkan kesehatan rakyatnya. Membatasi penjualan rokok batangan menjadi salah satu upaya. Walaupun upaya tersebut masih jauh dari cukup. Untuk ke depannya, bukan hanya melarang pembelian rokok batangan, tapi lebih menukik pada pengaturan distribusi nya juga. 

Mari kita selamatkan generasi muda negeri ini dari bahaya rokok. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun