Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ketika Muhaimin Menjadi Alternatif Terakhir

9 November 2022   05:09 Diperbarui: 9 November 2022   05:12 274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Koalisi paling kokoh saat ini hanyalah koalisi antara Gerindra dengan PKB. Koalisi yang lebih dulu terbentuk antara Golkar, PAN, dan PPP pun masih sangat rentan untuk bubar jalan. Demikian juga koalisi antara Nasdem, Demokrat, dan PKS. Masih alot dalam menentukan cawapres. Masih berebut dan saling ukur kekuatan. 

Hanya saja, kemungkinan bertambahnya anggota koalisi antara Gerindra dengan PKB masih sangat memungkinkan sekali. Karena PDIP bisa saja bergabung dalam koalisi tersebut. Bisa juga nambah Golkar atau PAN. 

Ini yang membuat koalisi Gerindra dengan PKB masih belum memiliki cawapres walaupun capresnya sudah pasti Prabowo.  Cawapres akan menunggu perkembangan berikutnya. 

Muhaimin Iskandar seharusnya menjadi cawapres. Paling tidak, agar koalisi benar-benar kuat. Tapi, mau dikata apa? 

Pada 2019, PKB punya posisi yang cukup kuat. Hubungan PKB dengan NU sangat erat dan dekat sekali.  Dapat dikatakan sebagai hubungan paling erat, sejak PKB dipegang Muhaimin Iskandar. 

Sehingga wajar jika PKB mampu menggolkan kadernya menjadi cawapres Jokowi, bahkan di menit menit terakhir.  Jokowi tak bisa berkutik menghadapi PKB yang berarti juga NU. 

Hanya saja, untuk saat ini, hubungan PKB dengan NU menjadi merosot pada tingkat yang paling rendah. Bahkan mungkin baru kali ini hubungan seperti ini terjadi semenjak PKB berdiri. 

Hubungan Muhaimin sebagai ketum PKB dengan Yahya Kholil seakan berada di ujung yang berseberangan.  Pengurus Tanfidziyah PBNU seperti menjadi barisan yang tidak sejalan dengan apa yang dilakukan Muhaimin. 

Sehingga Muhaimin juga memiliki daya tawar yang sangat rendah di depan Prabowo. PKB bukan lagi otomatis NU. Bahkan PKB hanya bagian kecil dari NU. Prabowo tak ingin hanya mendapatkan yang kecil dan mengabaikan yang besar. 

Koalisi Gerindra dengan PKB sendiri terlihat kurang percaya diri. Sehingga koalisi tersebut perlu tambahan lagi. Kemungkinan PDIP bergabung sangat tinggi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun