Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Orang Ketiga dalam Pilpres 2024

4 Juli 2022   10:24 Diperbarui: 4 Juli 2022   10:27 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Orang ketiga (dok.pri)

Pertempuran antara pendukung Anies dengan pendukung Ganjar sudah bikin sumpek medsos. Jika ada kesalahan Anies, pendukung Ganjar langsung tepuk tangan. Jika ada kesalahan Ganjar, pendukung Anies bertepuk tangan. Menyebalkan. 

Apalagi jika kesalahan itu hanya tuduhan tuduhan tak berdasar. Sehingga seolah-olah, para pendukung itu tak lagi punya rasionalitas sedikitpun. 

Lebih aneh lagi kalau dua kelompok itu sudah mengunggah keunggulan calon yang didukungnya. Sesuatu yang tidak berarti pun menjadi seolah kerja mereka sendiri. 

2014 perseteruan pendukung capres waktu itu mulai mengkhawatirkan. Tahun 2019 semakin menakutkan. Sehingga sudah semakin banyak rakyat negeri ini sadar bahwa mereka telah dipermainkan. 

Luka 2014 dan 2019 belum sembuh benar. Maka, jangan sampai 2024 akan tergores apalagi terkoyak lagi tenun kebangsaan ini. 

Oleh karena itu, gagasan NasDem untuk mengakhiri konflik tanpa dasar itu harus diapresiasi. Tapi, menyatukan Anies Ganjar atau Ganjar Anies adalah sebuah kemustahilan. 

Mungkin rakyat negeri ini akan berpikir untuk memilih orang ketiga, ketika dua kelompok itu sudah bermusuhan hingga tulang sumsum masing-masing. 

Sudah saatnya saya bergerak menjadi alternatif untuk 2024. Anda setuju? 

Sebaiknya tidak setuju. 

Kita cari alternatif bersama. Mungkin ada orang baik yang bisa menjadi alternatif dari kesumpekan ini. 

Syarat pencalonan nya itu loh. Benar juga, sulit orang baik untuk menjadi presiden. Tapi kalau Tuhan berkehendak, siapa bisa menolak? 

Lumayan sekadar mimpi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun