Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mencari Nabi Saat Maulid

21 Oktober 2021   06:34 Diperbarui: 21 Oktober 2021   06:42 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketika seorang sahabat meminta sesuatu, Nabi memberinya. Kemudian sahabat tersebut meminta lagi, Nabi memberinya. Kemudian sahabat tersebut meminta lagi, Nabi memberinya lagi. 

Setelah itu, Nabi memberinya pelajaran tentang dunia. Dan setelah itu, sahabat tersebut tidak menginginkan dunia. Ketika Abu Bakar memanggilnya untuk mendapatkan bagian, dia menolak. Ketika Umar bin Khattab memanggilnya untuk diberi bagian, dia pun menolak. 

Di saat lain, Nabi memerintahkan kepada sahabat-sahabatnya untuk bersodaqoh. Sahabat-sahabat pun bertanya, kalau kami tidak memiliki harta? Nabi menjawab, " Kalian bekerja dan setelah itu bersodaqoh. " Beberapa kali sahabat bertanya, dan yang terakhir Nabi menjawab, "Jika itu pun kalian tak bisa, kalian bisa bersodaqoh dengan cara berbuat baik kepada siapa pun dan tidak berbuat kejahatan kepada siapa pun. "

Saat lainnya lagi, ketika ada seseorang yang dilaporkan telah melakukan pencurian, Nabi menghukumnya untuk menafkahkan atau memberikan sesuatu yang dipunyai nya kepada orang miskin. Ketika pemuda yang bersalah itu tidak punya apa-apa, Nabi memberinya sesuatu untuk diberikan kepada orang miskin sebagai hukuman atas perbuatannya. Ketika pemuda itu balik lagi kepada Nabi dan mengatakan bahwa tak ada yang lebih miskin dari dirinya, maka Nabi pun mengatakan bahwa ambil sesuatu itu untuk kamu. 

Begitu kasih sayangnya Nabi. Karena banyak lagi cerita cerita tentang kehidupan Nabi yang saat ini menjadi seperti dongeng karena sudah banyak ditinggalkan oleh umatnya. Padahal, tak ada teladan yang lebih baik dari beliau. 

Sekarang malah muncul gerakan yang seolah olah membela agama tapi cuma sebagai kedok hasrat politik rendahan. Contoh paling tepat untuk hal seperti ini adalah HTI. Mereka mengusung ambisi politik dalam bingkai agama. Sehingga banyak yang terkecoh karena nya. 

Ada juga penceramah Maulid yang justru begitu mudah memaki. Seolah olah dunia akan berubah cukup dengan kelihaian dia memaki. 

Agama tidak perlu dibarengi napsu. Seolah-olah mengamalkan agama, tapi kebodohan sering mengakibatkan beragama cuma pemuas napsu belaka. 

Maulid Nabi seharusnya menjadi arena untuk terus membuat kita diingatkan kembali bagaimana sisi kemanusiaan Nabi dalam beragama. Tak ada prilaku tidak manusia dalam beragama. Ketika ada prilaku tidak manusiawi mengatasnamakan agama, maka dapat dipastikan itu semua kebohongan belaka. 

Kaum tekstualis sering lupa pada amanah besar kemanusiaan di balik teks. Sehingga mereka mengabdi hanya pada teks belaka. Seperti ISIS. Kehilangan sisi kemanusiaan yang menjadi sebab turunnya sebuah teks. 

Mari beragama dengan semakin menjaga kemanusiaan kita. 

Selamat Maulid Nabi. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun