Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Papua Pasti Bisa Lebih Baik

18 September 2021   06:44 Diperbarui: 18 September 2021   06:58 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Orang-orang Papua saudara kita juga. Sehingga, kepedihan yang dialami oleh Papua, dialami oleh kita juga. Kebahagiaan Papua kebahagiaan kita juga. 

Akhir akhir ini sering terdengar berita menggiriskan dari Papua. Dan terakhir, terdengar berita pembakaran puskesmas dan pembunuhan terhadap nakes. 

Waktu zaman Orde Baru, represi di Papua memang terjadi. Tentara menjadi garda depan dalam memelihara keamanan di Papua. Sehingga ruang dialog tidak terjadi. 

Ketika zaman Presiden Gus Dur, upaya upaya dialog lebih dikedepankan. Presiden sipil yang humanis ini lebih mengedepankan kemanusiaan di atas segalanya. Nama Irian Jaya pun dikembalikan menjadi Papua. 

Bahkan pengibaran bendera bintang kejora tidak dipedulikan jika tidak lebih tinggi dari Merah Putih.  "Wong sepak bola saja punya bendera masing-masing, " jawab Gus Dur enteng saat ditanya tentang bintang kejora. Gus Dur menganggap bintang kejora hanya sebagai ekspresi orang Papua belaka. 

Papua juga sudah diberi otonomi khusus. Di belakang otonomi khusus tentu ada dana yang begitu banyak digelontorkan. Bahkan di era Jokowi, pembangunan di Papua juga lebih diintensifkan. 

Tapi, dana otsus pun sering tak bisa dirasakan oleh orang Papua kecuali para pemimpin saja. Korupsi otsus sudah menjadi rahasia umum. 

Kenapa Papua masih bergolak? 

Mungkin jalan Gus Dur yang perlu lebih dikembangkan. Dialog bukan hanya sebuah pertemuan untuk saling teriak kemauan masing-masing. Dialog lebih pada kemauan untuk mendengarkan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun