Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Taliban: Membela atau Mempolitisasi Agama?

25 Agustus 2021   12:59 Diperbarui: 25 Agustus 2021   13:09 358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Omong kosong kalau Taliban bilang membela agama. Cuma kepentingan yang mereka bela. Kenapa ada orang yang mengagungkan Taliban sebagai pembela agama? 

Terlalu banyak pemanfaatan agama untuk kepentingan sebuah kelompok. Bahkan kepentingan kelompok sudah dianggap sebagai agama. Maka, kritik harus dimatikan karena mengkritik agama. 

Bukan hanya agama tertentu. Semua agama mengalami nasib sama. Ada orang orang gila yang memanfaatkan agama untuk kepentingan sendiri. 

Dan cara paling mudah membodohi orang adalah dengan mengatasnamakan agama. Walaupun dalam tindakan jelas jelas bertentangan. 

Ketika agama begitu ketat membatasi pembunuhan, mereka begitu mudah membunuh. Ketika agama mengharamkan candu, mereka memproduksi candu. 

Lalu, agama yang mana yang mereka bela? 

Ketika masa Nabi, agama datang sebagai sebuah revolusi sosial. Kejumudan diganti dengan pemikiran pemikiran cemerlang. Agama hadir sebagai sebuah pencerahan zaman. Agama hadir mengantar pemeluknya pada kemajuan. 

Lalu, dunia diberhentikan oleh Taliban pada dunia masa lampau. Agama justru mengajak kepada kemunduran. Berpikir kritis menjadi tabu. 

Para pemolitisir agama biasanya hidup dalam kemewahan. Dalam prilaku yang tidak sejalan dengan apa yang difatwakan. Fatwa hanya untuk orang lain. Mereka punya aturan sendiri, dengan tanpa aturan. 

Pendidikan jelas menjadi musuh para pemolitisir agama. Pendidikan akan membuat seseorang kritis. Orang kritis sulit dibohongi dengan mengatas namakan agama. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun