Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Puan, Beban?

9 Agustus 2021   06:54 Diperbarui: 9 Agustus 2021   06:54 607
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puan Maharani (Kompascom)

Siapa yang tak kenal seorang Puan. Sebelum menjadi ketua DPR RI perempuan pertama di negeri ini, dia sudah lima tahun duduk dalam kabinet Jokowi jilid pertama sebagai seorang menko. 

Selain, sekarang sudah menduduki jabatan top, Puan juga anak dari Ketua Umum partai dengan perolehan suara terbanyak di negeri ini.  Dialah putri dari Megawati. Berarti juga seorang cucu dari Bapak Proklamator Soekarno. 

Tak sulit bagi Puan untuk mengendalikan PDI-P ke mana akan berlayar.  Karena, setelah Megawati, Puan yang bisa menggantikan sebagai ketua umum pada saatnya. 

Apabila dibaca gerak Puan, maka kita melihat arahnya untuk menjadi pemimpin negeri ini. Jika dihitung hitung secara politik berdasarkan posisi PDI-P sendiri, kursi wakil presiden sudah pasti ada di tangan. 

Hanya saja, sampai detik ini, berdasarkan semua survei yang sudah merilis hasil survei nya, posisi Puan masih jauh tertinggal. Posisi atas masih dikuasai oleh Prabowo, Ganjar Pranowo, Anies Baswedan. 

Dari ketiga calon kuat tersebut, ada satu yang merupakan kader PDIP yaitu Ganjar Pranowo. Nama Ganjar yang selalu berada di posisi atas survei jelas mengkhawatirkan kubu Puan. 

Seakan ingin berkata, sekarang sudah giliran Puan, beberapa kader PDI-P justru melakukan langkah kontraproduktif. Ganjar sebagai kader seakan hendak disingkirkan. 

Maka baliho baliho itu muncul. Banyak orang berpendapat bahwa baliho itu merupakan cara untuk nemdokrak nama Puan yang selalu berada pada posisi buncit pada setiap survei. Walaupun beberapa dedengkot PDI-P berupaya menolak anggapan itu, tapi masih terasa belum efektif. 

Dalam dua kali pemilu PDI-P memuncaki perolehan suara. Hal ini, tentu tidak terlepas dari pemasangan nama Jokowi sebagai magnet terbesar.  Jika tak ada magnet Jokowi, ak akankah PDI-P anjlok lagi? 

Sebetulnya, Ganjar lebih mirip Jokowi. Para pendukung Jokowi sendiri lebih banyak berharap pada gubernur Jawa Tengah ini untuk menggantikan nya. Banyak kesamaan dalam sikap keduanya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun