Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Aku Kalah, Mari Berdamai

8 Agustus 2021   16:59 Diperbarui: 8 Agustus 2021   17:06 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perjalanan waktu telah menyadarkanku bahwa sudah saatnya mengaku kalah. Menyerah. Dan diteruskan dengan berdamai. 

Fia mencintaiku sebagai suaminya. Tapi Fia juga tak mungkin membuang semua kenangan bersamanya. 

"Tak bisa. Tak sanggup. Tak mungkin! " kata Fia sambil terus terisak. 

Aku terlalu keras memaksa Fia untuk tak lagi berhubungan dengan nya. Aku anggap itu hal wajar, karena suami Fia itu cuma satu. Dan dia itu adalah aku. Aku. Aku. 

Tak mau aku berbagi dengan siapa pun. 

Ketika itulah aku sadar. Air mata Fia memang bukan air mata sandiwara. Fia benar benar sudah berupaya. 

Jika aku tetap memaksanya, aku tak manusiawi. Aku sudah menjelma menjadi monster. 

"Besok kita ziarahi makamnya, " kataku yang langsung mengagetkan Fia. 

"Apa? "

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun