Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Dari Muka ke Rambut

23 Juni 2021   05:17 Diperbarui: 23 Juni 2021   05:23 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Anakku tidak sepertiku. Mungkin karena masa remaja ku di kampung. Belum ada televisi kecuali yang hitam putih di kantor kelurahan. Denger radio cuma drama Brama Kumbara. 

Sementara anakku hidup dan besar di kota Megapolitan. Bukan hanya televisi, youtube juga bukan hal yang sulit untuk diakses. 

Jika di masa remajaku muncul jerawat tak masalah, maka bagi anakku jerawat ada sebagian dari kiamat yang sangat mencemaskan. Jerawat bagiku cuma tanda bahwa sudah memasuki remaja sebagai usia penuh gejolak. Jerawat bagi anakku menjadi amat penting dan begitu segalanya. 

Aku sih cuek. Tapi anakku muter muter di dunia maya mencari stategi menghilangkan jerawat agar muka kembali glowing. 

Anakku korban iklan. 

Sekarang, bukan lagi urusan muka. Generasi ku sudah berurusan dengan rambut. Ada dua urusan rambut yang cukup intens menjadi perbincangan di kalangan kaum kolonial. 

Pertama, rambut putih. Selalu saja, jika ketemu teman yang sudah sekian lama tak jumpa selalu muncul sapaan, "Uban lu udah gak keitung? "

Jika dimaknai makan perkataan teman itu akan menjadi, "Tua banget lu! "

Kalau teman lama yang menyapa satu jenis, masih bukan problem. Beda jika teman yang menyapa mantan gebetan. Bagaimana juga jan masih pengen kelihatan keren kayak dulu. 

Kedua, rambut rontok.  Beberapa teman seusia memang sudah mulai memiliki jidat lebar atau sering diistilahkan sudah menjadi kabid, kepala bidang. 

Walaupun sudah memasuki umur tak muda lagi, akan tetapi setiap lelaki tak ingin keliatan botak kepala. Kurang gimana, gitu. 

Aku sendiri belum begitu banyak memiliki uban. Ada uban. Terlihat ketika berada dekat. Sedangkan untuk problem kerontokan, aku sama sekali tak mengalami nya. 

Memang, dulu sama bapakku, walaupun hidup di kampung selalu dibelikan minyak rambut. Sebelum pakai minyak rambut yang beli ditoko, buat ngerapiin rambut selalu pakai minyak kelapa bikinan emak. 

Minyak rambut itulah yang sampai sekarang masih terus dilakukan. Kemungkinan besar berkat minyak rambut itu, rambut ku masih lebat. Bukan hanya rambut kepala, hampir semua rambut. Wkwkwk. 

Kata bapakku, minyak rambut memang menjadi nutrisi bagi rambut. Dengan nutrisi itulah rambut tumbuh berkembang dengan baik. Rambut akan terlihat rimbun walaupun perut makin tambun. 

Kalau ditanya darimana bapakku dapat ilmu yang kemudian diturunkan kepada ku, aku tak tahu persis. Mungkin dapat wangsit. Karena iklan juga belum sampai ke telinga bapakku saat itu. 

Mau rambut tetap rimbun, rajin rajinlah pakai minyak rambut. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun