Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Setelah Lebaran

13 Mei 2021   20:02 Diperbarui: 13 Mei 2021   20:05 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puasa itu sesuatu yang biasa saja jika dimaknai cuma menahan lapar dan haus. Akan tetapi, puasa menjadi begitu bermakna jika kita terapkan nilai nilainya justru setelah lebaran usai. 

Belum. Belum mencapai kemenangan kalau berhenti saat takbir berkumandang. Justru pada saat takbir mulai dikumandangkan itulah puasa baru mulai menemukan maknanya. Apakah puasa cuma sekedar lapar dan haus belaka atau lebih jauh dari itu. 

Jika Tuhan tak mewajibkan puasa pun, manusia akan berpuasa karena secara ilmiah puasa itu sangat bermanfaat bagi kehidupan orang yang melaksanakan nya. Semua agama mewajibkan puasa.  Tak ada yang tidak. Bahkan orang ateis pun kadang berpuasa. Tentu dalam modelnya tersendiri. 

Nilai puasa adalah nilai sosial seorang manusia.  Berpuasa akan menyadarkan soim atau orang yang berpuasa bahwa ada hal lain di luar dunianya. Hidup bukan sekadar makan dan minum belaka. Apalagi jika hanya dimaknai dengan perjalanan dari satu nafsu yang satu ke nafsu yang lainnya. 

Kadang kita sudah melupakan apa makna puasa bersamaan dengan suara takbir di masjid masjid. Lalu, kehidupan kembali menjadi seperti biasa lagi. Hingga kemudian bertemu dengan puasa di tahun depan.

Lebaran sudah melewati kehidupan kita. Entah sudah yang ke berapa? 

Dan seperti nya, sampai hari ini kita masih terus terjebak pada makna kemenangan lebaran. Sehingga kita lupa bahwa nafsu akan terus mencoba memperbudak kita. 

Mudah mudahan untuk lebaran tahun ini, kita tak lagi terjebak pada keyakinan diri bahwa kemenangan telah kita dapat kan. Perjuangan justru semakin diperlukan. 

Sudahkah kita siap untuk lebih baik lagi? 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun