Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Masih Baca Koran?

20 Maret 2021   08:51 Diperbarui: 20 Maret 2021   09:18 356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya suka bingung kalau ada teman atau tetangga yang melihat saya sedang membaca koran kemudian melayangkan sebuah pertanyaan, "Masih baca koran? "

Membaca koran saat ini memang kesannya jadul buanget.  Sulit menemukan orang di stasiun atau terminal atau halte bus yang sambil menunggu membaca koran. Apalagi orang yang membaca koran di bus atau kereta. Aneh. 

Koran koran juga sudah banyak yang mengakhiri hidupnya dengan nyawa kertas. Sudah menjadi bisnis yang merugi dan kehilangan prospeknya. Mereka terjun ke dunia online. 

Kecepatan sebuah berita memang tak bisa dihindari. Sudah harus bersaing dengan berita berita aktual yang dikirim oleh siapa, baik di twitter maunya di medsos lainnya. 

Sehingga berita koran sering tertinggal jauh. Karena jalannya yang mesti berliku. Sementara orang orang sudah mendapatkan berita paling aktual dalam hitungan detik. Bukan hanya liputan tulisan, tapi saat ini sudah liputan video. Sehingga orang tak perlu capek membaca. Cukup nonton kejadian nya melalui video. 

Terus untuk apa masih baca koran? 

Alasan paling masuk akal ya karena kenangan. Lha, orang seperti saya ini terlalu lama dibesarkan oleh koran. Sejarah itu begitu melekat. Tak ada kegiatan lain untuk mengawali pagi kecuali melalap koran. Biasanya, koran sudah menyapa kita pada pukul setelah lima pagi. Sehingga seusai solat Subuh diikuti dengan membaca koran pagi. 

Tentu bersama kopi yang ngebul dan sebatang rokok sebagai teman setia.  Tanpa upacara pembukaan seperti itu, hari terasa begitu hampa.

Kenangan yang begitu panjang, jelas tak mungkin dihantam begitu mudah oleh berita berita instan di medsos. Ada rasa kurang puas dan kurang pas kalau menemukan berita di medsos. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun