Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ketika Anies Pun Kehilangan Panggung

14 Maret 2021   07:59 Diperbarui: 14 Maret 2021   08:02 1274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Keuntungan Jokowi waktu itu adalah pangggung Jakarta yang begitu mempesona. Jarum jatuh di Jakarta, gaungnya bisa sampai ke seluruh pelosok negeri. Semua media nasional memang nongkrong di Jakarta. 

Ahok juga demikian. Tiga tahun menggantikan Jokowi menguasai Jakarta, nama Ahok terus melambung. Hingga bikin keder musuh musuhnya. Tak ada kata lain kecuali memotong kursinya. 

Anies muncul sebagai pesaing Jokowi.  Anies digadang gadang oleh orang orang yang anti Jokowi. Bahkan perang pun sempat terlihat sengit antara pendukung Jokowi melawan pendukung Anies. 

Sehingga muncul istilah Gubernur rasa Presiden.  Bagi kelompok pro Anies, istilah itu muncul untuk mengimbangi presiden sebenarnya. Sedangkan bagi kelompok pro Jokowi, istilah itu sebagai nyinyiran untuk Anies yang tidak tahu posisi. 

Kondisi pertarungan ini bahkan muncul ketika Prabowo yang jelas jelas pemimpin partai oposisi masih jelas posisinya di luar pemerintahan. Dan kondisi pertarungan semakin seru ketika Prabowo ikut dalam gerbong Jokowi. 

Anies punya Jakarta. Panggung paling seksi bagi perpolitikan negeri ini. Panggung Jakarta bahkan lebih seksi daripada kursi menteri, meskipun menteri koordinator sekali pun. 

Akan tetapi DPR bersama pemerintah sudah memutuskan untuk menyimpan energinya mengatasi corona.  Sehingga pilkada tidak akan diselenggarakan untuk tahun 2022, 2023,dan 2024. Anies harus turun kursi pada tahun 2022. Jika mau tarung lagi menjadi orang nomor wahid di Jakarta, Anies harus menunggu hingga tahun 2024.

Jakarta akan memiliki gubernur bukan hasil pemilihan selama 2 tahun. Dan panggung Jakarta tak bisa dimainkan kali ini untuk meraih panggung nasional. Karena di tahun yang sama, tahun 2024 juga dilaksanakan pemilihan presiden. 

Cukup berat kondisi Anies untuk ikut bertarung di aras nasional. Anies bukan siapa-siapa selama 2 tahun menjelang Pilpres. Anies kehilangan panggung paling potensial nya. 

Ujian kepemimpinan bagi Anies akan terjadi di sini. Tanpa panggung paling glamour akankah Anies tenggelam atau justru semakin moncer. Tentunya semua akan bergantung pada kelihaian seorang Anies. 

Jika di saat menjabat cukup dengan prestasi, maka Anies akan tetap mudah untuk terus menjaga panggung nya. Akan tetapi, jika janji janji kampanyenya di jakarta banyak yang meleset, maka Anies tanpa panggung Jakarta bukanlah siapa siapa. 

Terakhir cukup santer pemberitaan tentang rumah DP 0 persen. Bukan saja terkuak permainan dalam pengadaan tanah saja, akan tetapi juga terkuak target yang direvisi hingga di atas 90 persen dalam RPMJ DKI. Tentunya hal demikian akan dijadikan catatan penting. 

Seorang pemimpin lahir justru dari aneka kesulitan dan krisis. Mereka yang bisa keluar dari kesulitan dan krisis tentunya mereka yang telah ditakdirkan menjadi pemimpin sejati. 

Kita tunggu, apakah Anies seorang pemimpin sejati atau hanya pemimpin kebetulan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun