Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Anakku Gak Bisa Nyetrika

25 Januari 2021   10:11 Diperbarui: 25 Januari 2021   10:37 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya pikir sesuatu yang biasa saja. Anak sekarang memang tak bisa mengerjakan pekerjaan rumah seperti ibu bapaknya. Apalagi nyetrika, wong cuma ngepel saja berantakan tak karuan. Lagian selama ini pekerjaan seperti itu selalu dikerjakan oleh pembantu. 

Anak anak kita memang sekolahnya mantap benar waktu sebelum pandemi atau nanti setelah pandemi, anak anak akan berangkat sekolah sebelum matahari muncul dan baru pulang ketika matahari sudah terbenam. Pantas tak tahu rumahnya sendiri kecuali fungsinya sebagai tempat tidur. 

Akankah selalu seperti itu, dalam artian ada pembantu yang siap melakukan segala pekerjaan rumah? 

Sekarang saja sudah mulai susah mencari pembantu. Lagian, ketika ada pembantu pun anak anak harus punya keterampilan dalam kerumahtanggaan. Misalnya saja ketika lebaran pembantu pulang. 

Ketika iseng iseng lihat youtube tentang pendidikan di Finlandia. Negara yang sempat menjadi kiblat pembelajaran karena berada di peringkat 1 dalam tes Pisa. Ternyata di sana ada materi pembelajaran kerumahtanggaan seperti mencuci baju, mengepel, membersihkan kamar tidur, juga membersihkan WC. 

Bukan hanya itu, katanya ada juga pembelajaran menjahit ringan ringan dan memaku atau menggergaji. Sehingga anak anak di Finland bisa mandiri kapan pun dan di mana pun. 

Orang tua di rumah juga berperan. Ketika pembelajaran di sekolah sudah dilakukan, di rumah orang tua melihat praktik di lapangan. Sehingga si anak benar benar tidak lagi canggung melihat pekerjaan kerumahtanggaan. 

Akhirnya, saya pun menyadari. Jika di negara maju saja, tetap memberikan pembelajaran kerumahtanggaan, kenapa di negeri ini malah seakan menjauhkan? 

Kita juga seharusnya melatih kemandirian. Anggaplah anak kita tak perlu berteriak teriak jika salah satu kancing baju seragam sekolahnya terlepas. Karena memang mereka bisa memasang kancing baju. 

Anak kita juga tak perlu menunggu bapaknya, jika hanya perlu memasang fotonya di kamarnya. Karena anak kita sudah bisa memaku tembok untuk memasang foto artis idolanya. 

Di Kurikulum 2013 ada pelajaran prakarya. Tapi materi sering terlalu jauh. Misalnya, menyablon kaos. Membuat pot tanaman dari galon. Bahkan ada juga beternak lele. 

Mungkin nanti anak kita bisa nyablon, tapi masa bersihin kamar mandi malah tidak becus. Memalukan kan? 

Gimana? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun