Di kampung ku ada penjual pecel yang laku banget. Bukan cuma orang kampung ku yang beli pecel di warung pecel itu. Orang lain, kampung juga rela jauh jauh datang untuk menikmati lezatnya pecel paling yahud tersebut.Â
Pemiliknya bernama Mbah Rohimah. Sudah lumayan sepuh. Sekarang Mbah Rohimah tidak lagi menunggui di warung. Mbah Rohimah cuma mengelola bumbu pecel.Â
"Semua pecel sama. Bahan bahannya juga sama. Bumbunya juga berasal dari benda yang sama. "
"Apa bedanya satu pecel dengan pecel yang lain, Mbah? " tanya reporter televisi yang pernah datang meliput pecel Mbah Rohimah yang sempat viral.Â
"Ulekannya. Berapa kali ulekan. Seberapa kuat tekanan. Itu yang membedakan satu pecel dengan pecel lainnya. "
"Makanya Mbah Rohimah masih nngulek sendiri? "
Mbah Rohimah hanya terseyum. Entah apa makna senyumnya.Â
Dulu, informasi tentang pecel Mbah Rohimah cuma dari mulut ke mulut. Sekarang, setelah ada medsos, informasi tentang pecel Mbah Rohimah tersedia di semua platform. Di instagram banyak. Di Facebook banyak. Di twitter juga tak terhitung. Apalagi yang sliweran di WAG atau di aplikasi baru seperti BIP.Â
"Kenapa orang suka banget sama pecel, Mbah Rohimah ya? " tanyaku pada kakak sepupu.Â
"Kamu mau tahu? "Â
"Jangan kaget ya? "