Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Dari Kedelai ke Daging Sapi

21 Januari 2021   11:57 Diperbarui: 21 Januari 2021   12:26 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Daging sapi (kompascom)

Kebobrokan itu terus menghajar eksistensi kita sebagai pemilik sah negeri ini. Kenapa negeri ini dikelola dengan cara seperti ini? 

Sejak SD kita diajarkan tentang negara kita yang agraris. Kita berada di katulistiwa. Tanahnya subur makmur. Mau tanam apa saja bisa. Kolam saja berisi susu. 

Terus kita disuguhi berita berita paling menggelikan di negeri ini. Pernah kita digegerkan oleh garam. Bagaimana mungkin negara yang lautnya lebih luas dari daratannya malah impor garam. Bilangnya sih garam industri. Akan tetapi, di lapangan kebocoran banyak dibicarakan. 

Sekarang tak terdengar berita sadis tentang garam. Kita semua tak pernah tahu, apakah persoalan sudah diselesaikan atau cuma disimpan di bawah karpet. Sampai kemudian muncul lagi persoalan garam ini. 

Hanya saja, kalau dipikir pikir seperti nya tak pernah ada tindakan perbaikan apa apa. Terutama di dunia nyata. Di dunia petani garam itu sendiri. Petani garam yang hanya bekerja berdasarkan ilmu turun temurun. 

Kenapa petani garam tak pernah ditingkatkan penghasilan dan pengetahuannya? 

Terus, muncul persoalan kedelai. Ironis banget, bangsa tempe yang harus mengimpor kedelai. Petani kedelai ke mana saja? Para insinyur pertanian ke mana saja? Kok kedelai kita bisa seperti itu? Bersaing di negeri sendiri saja keok, gimana berpikir tentang ekspor? 

Garam dan kedelai harusnya sudah menumpuk di negeri ini. Karena konsumsi lebih rendah dari produksi, maka kegiatan ekspor garam dan kedelai terlihat di semua pelabuhan di negeri ini. Devisa pun menumpuk untuk membangun kembali pertanian yang lebih canggih. Pertanian yang lebih efisien. Pertanian yang berani bertempur di luar kandang karena di dalam kandang sudah dikuasainya secara penuh. 

Tapi semua itu cumi. Cuma mimpi.

Eh, hari ini pedagang daging mogok. Kasihan banget warung warung makan  kasihan banget para pedagang bakso. 

Kenapa pemogokan terjadi? Karena kenaikan harga daging kambing yang sudah dirasa tak wajar oleh para pedagang daging. Keputusan mogok pasti sudah menjadi keputusan paling tak diinginkan oleh mereka tapi mereka terpaksa harus melakukannya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun