Dokter bukan. Sekolah juga entah di mana, jurusan apa. Kemudian mendadak menemukan obat hebat. Apa tidak seperti seorang mualaf yang merasa pintar dan ahli agama hanya berbekal pembacaan Al Qur'an terjemahan kemenag yang menurut sebagian ulama masih mengandung banyak kekurangan?Â
Harusnya, dalam hal agama kita percaya kepada ahli tafsir yang sudah bergumul dengan ilmu Al Qur'an daripada seorang dai dadakan karena job motivasi sudah tak begitu laku. Â Harusnya, kita lebih percaya kepada dokter dokter yang ada di IDI untuk persoalan kesehatan, bukan kepada seorang penyanyi yang tak laku atau kepada dukun yang sedang kurang peminat.Â
Mari tetap bersikap kritis. Â Mari kita kembali waspada. Â Jangan begitu saja terlena dalam rasa aman palsu.Â
Mari tetap perhatikan protokol kesehatan karena ancaman masih begitu nyata. Sikap kritis kita perlu terus dijaga dari berita berita tak berdasar yang mencoba mengecoh kita.Â
Belum. Kita belum aman betul. Kita masih menunggu vaksin yang lebih bisa dipercaya. Â Bukan herbal yang entah itu.Â
Tetap waspada jangan terlena oleh rasa aman palsu. Tetap semangat. Semangat pagi, semua.Â