Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Setelah Mas Nadiem Meminta Maaf, Apakah Muhammadiyah akan Kembali?

29 Juli 2020   05:57 Diperbarui: 29 Juli 2020   05:49 1219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kecerdasan dan kerendahhatian Mas Menteri akan segera mengakhiri gonjang ganjing POP beberapa hari ini. Banyak yang kaget, ketika organisasi semoderat Muhammadiyah dan NU mundur dari program POP yang digagas oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 

Selama ini, Muhammadiyah dan NU selalu berjalan beriringan dengan pemerintah. Bahkan, jika ada sedikit perbedaan, akan disampaikan di belakang layar dan semua dapat terselesaikan tanpa terdengar bisingnya. 

Lah, ini sampai Muhammadiyah menggelar konferensi pers.  Menandakan bahwa perbedaan antara Muhammadiyah dan pemerintah cukup prinsipal dan tak bisa melalui jalur biasa dalam sunyi. 

Dan, politikus memang seakan meminggirkan organisasi besar seperti NU dan Muhammadiyah.  Misalnya saja, dalam pengesahan UU KPK yang ditolak masif oleh hampir seluruh elemen bangsa, tapi tetap jalan membabi buta. 

Kemudian, berbagai UU yang selalu mengagetkan publik karena melawan logika publik.  Seakan akan publik tak ada lagi, bagi para politisi tersebut.  Terakhir UU cipta kerja. 

Kejengkelan itu terlebih karena dana APBN masih juga diberikan kepada taipan juga.  Masa iya, lembaga csr dari perusahaan besar diberi dana APBN? 

Mas Nadiem memang tidak bisa dan tak boleh membiarkan Muhammadiyah dan NU tak terlibat.  Terlalu besar jasa mereka dalam bidang pendidikan.  Tanpa NU dan Muhammadiyah, apakah jadinya Negeri ini. 

Permintaan maaf Mas Menteri sudah benar.  Langkah berikutnya, tentu meninju kembali program POP.  Perhatikan benar kritik Muhammadiyah dan NU. Paling tidak, Kementerian Pendidikan dan kebudayaan tidak usah berdiri keukeuh dibalik formalitas yang kemarin sudah dilakukan. 

Tak ada kata lain, lembaga csr atau taipan tak perlu di ikut sertakan dalam program ini.  Kalau perlu dikerjakan sendiri saja. LPMP sebagai lembaga di bawah kementerian yang berserakan di mana mana kan bisa menjadi pelaksanaan pelatihan? 

Kritik Muhammadiyah dan NU bukan kritik kebencian. Kritik mereka justru didasari kecintaan yang begitu tinggi dari mereka terhadap negeri ini.  Mereka berdua adalah benteng negeri ini. Mereka berdua adalah nurani negeri ini yang masih tersisa, setelah politikus begitu banyak menebar napsu napsu dangkal bernegara. 

Ketika pemerintah berjalan beriringan dengan NU dan Muhammadiyah maka seperti tubuh yang berjalan dalam bimbingan nurani.  Negeri ini akan menuju tujuan kemerdekaan jika nurani tetap kita jaga. 

Semoga pendidikan nasional akan menjadi semakin baik. Pengelolaan perubahan di kementerian yang sudah baik, jika didukung oleh NU dan Muhammadiyah maka akan segera mendekati ke tujuan.. 

Demikian. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun