Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Ketika Ahok Menantang Karyawan Pertamina

27 Juli 2020   05:54 Diperbarui: 29 Juli 2020   08:18 7954
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kompas.com/GHINAN SALMAN

Persoalan kita di pemerintahan dan BUMN adalah terhambatnya karier pegawai atau karyawan kreatif oleh berbagai aturan yang kurang jelas tujuannya. Sehingga anak muda kreatif dan berdedikasi kurang, atau bahkan tidak berminat menjadi pegawai negeri atau karyawan BUMN. 

Anak muda kreatif lebih senang di luar keduanya. Karena mereka bisa terbang melayang-layang mengembangkan kreativitas mereka tanpa halangan. 

Ahok sendiri bersama Jokowi sudah pernah melakukan uji coba gagasannya untuk memberikan jalan lapang kepada manusia-manusia masa depan yang memiliki dedikasi dan kreativitas tinggi untuk mampu menerobos hambatan hambatan yang selama ini menghambat laju perkembangan mereka saat Ahok dan Jokowi masih menjadi penguasa DKI Jakarta.

Model lelang jabatan membuka cakrawala bahwa di DKI banyak emas yang tertimbun sampah sehingga tidak pernah terlihat. Hanya sampah yang menggunung dan baunya menyengat siapa pun. Padahal di balik sampah ada mutiara yang terpendam dan didiamkan saja selama ini. 

Bahkan kepala sekolah pun dilelang sehingga sempat muncul guru guru muda tampil sebagai kepala sekolah. Sayang hanya sekali, kemudian mati. 

Di Pertamina sepertinya gagasan tersebut hendak dihidupkan kembali. Ahok kembali menantang anak anak muda yang berusia di bawah 40 tahun dan sudah mengabdi selama sepuluh tahun di Pertamina untuk tampil menjadi direksi. Selama ini, hampir semua BUMN mendatangkan direksi entah dari dunia mana. Sehingga, terkesan kurang efektif. 

Jika direksi pertamina merupakan karyawan terbaik dan masih muda dari dalam Pertamina sendiri, pasti akan beda. Direksi akan tahu persis Pertamina dari ujung ke ujungnya. 

Semangat bekerja untuk menjadi yang terbaik juga akan muncul membersamai kehendak Pertamina untuk merekrut yang terbaik dari mereka menjadi pimpinan. 

Tak ada lagi apatisme bahwa sekali karyawan tetap karyawan. Karena tak pernah dilirik potensinya. Kerja sebaik apapun akan tetap menjadi karyawan. 

Perubahan sederhana ini, pasti akan berdampak sangat besar ke dalam. Seperti dapat kita saksikan kinerja PNS DKI di masa Ahok duduk di balaikota.

Ahok hanya mensyaratkan untuk berempati dan mau pasang badan demi Pertamina. Jika pemimpin berempati, tak akan ada keluhan karyawan yang diabaikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun